a.
Perdarahan antepartus
1)
Placenta previa, perdarahan terjadi
pada implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh OUI.
Menurut
jenis terbagi atas :
a)
Plasenta previa totalis; plasenta
menutupi OUI seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
b)
Plasenta previa lateralis; bila
menutupi OUI sebagian pada pembukaan 4 cm.
c)
Plasenta previa marginalis; bila
tepi plsenta berada pada tepiOUI pada pembukaan 4 cm
d)
Plasenta previa letak rendah; bila
tepi bawah plasentamasih dapat disentuh dengan jari, melalui OUI pada pembukaan
4 cm.
Gejala :
a)
Perdarahan tanpa nyeri
b)
Darah segar / kehitaman dengan
bekuan
c)
Perdarahan dapat terjadi setelah
BAB/BAK, aktifitas fisik, trauma / koitus.
Komplkasi
pada ibu :
a)
Infeksi karena anemia
b)
Robekan implantasi plasenta di
bagian belakang segmen bawah rahim
c)
Terjadi ruptur uteri, karena susunan
jaringan rapuh dan sulit diketahui.
Komplikasi
janin :
a)
Prematruritas dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi
b)
Mudah infeksi karena anemia disertai
daya tahan rendah
c)
Asfiksia intra uteri sampai kematian
Penatalksaan
a)
Pasang infus
b)
Jangan melakukan PD
c)
Segera Rujuk
2)
Solusio placenta
Adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum
janin di lahirkan.
Terbagi
atas :
a)
Solusio plasenta ringan ; perdahan
kurang 500 cc, perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba, tanda
gawat janin belum nampak, terdapat perdarahan hitam pervagina.
b)
Solusio sedang : perdarahan 1000 cc,
perut ibu mulai tegang, bagian janin sulit di raba, janin mengalami jawad janin,
pada PD ketuban tegang
c)
Solusio placenta berat ; lepasnya
plasenta sudah melebihi 2/3 bagian. janin sulit di raba perut keras sepereti
papan, ketuban tampak tegang, darah dapat masuk ke dalam otot rahim.
Penyebab :
a)
Trauma langsung abdomen
b)
Hipertensi ibu hamil
c)
Umbilikus pendek / lilitan tali
pusat
d)
Janin terlalu aktif sehingga
plansenta dapat terlepas
e)
Tekanan pada venakava inferior
f)
Pre eklamsia/Eklamsia
g)
Tindakan versi luar
h)
Tindakan memecahkan ketuban(hammil
biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil ganda)
Gejala :
a)
Perdarahan yang di sertai rasa sakit
b)
Dapat menimbulkan gangguan
kardiovaskuler ibu
c)
Ketegangan perut ringan sampai berat
d)
Gangguan janin asfiksia ringan
sampai IUFD
Komplikasi
solusio plasenta :
a)
Perdarahan (atonia, pascapartus)
b)
Gangguan pembekuan darah (koagulasi
intravaskular, penurunana fibrinogen)
c)
Gangguan organ vital (kegagalan
ginjal akut, dekompensasi kordis, sesak nafas, emboli paru)
d)
Kematian ibu (karena perdarahan yang
tidak dapat di atasi, dekompensasi kordis, mudah terjadi infeksi, gagal ginjal)
Penatalaksanaan
:
a)
Transfusi
b)
Solusio lasenta ringan diupayakan
melakukan SC untuk menyelamatkan ibu dan janinnya
c)
Solusio plasenta berat dilakukan
persalinan dalam waktu singkat kurang dari 6 jam, utk menghindari perdarahan
karena atonia.
d)
Terjadi kontruksi lakukan
histerektomi
e)
Menghindari infeksi dengan pemberian
antibiotik
b.
Hypertensi dalam kehamilan
Pembagian
HDK :
1)
HDK sebagai komplikasi kehamilan
(preeklamsia, eklamsia)
2)
HDK yang terjadi pada hipertensi
kronis atau preeklamsia/ eklamsia
3)
Hypertensi sementara
Nama lain
gestosis HDK ( yang dapat terjadi pada antepartum, intrapartum, pascapartum).
Pembagian
HDK :
1)
Ringan : TD 140/90 mmhg atau
kenaikan sistolik 30 mmhg dan diastolik 15 mmhg, edema ringan dengan
peningkatan BB 1 kg/minggu, proteinnuria positi 1-2
2)
Berat : bila salah satu tanda di
jumpai TD 160/110 mmhg, edema umu disertai sesak nafas, proteinnuria positif
4-5, oliguria urine kurang dari 500 cc/24 jam
3)
Eklamsia : adanya gejala pre
eklamsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma.
Penatalaksanaan
:
1)
Hipertensi ringan dalam kehamilan :
tirah baring 2x2 jam/hari,banyak minum, kurangi makan garam.
2)
Hypertensi berat : segera rujuk ke
RS, obat-obatan antikejang,antihypertensi, pemberian diuretika, pemberian
infus, pemberian antasida.
MgSO 4
untuk preeklamsi dan Eklamsia
1)
Mg SO4 4 g IV sebagai larutan 20 %
selama 5 menit
2)
Di ikuti dengan MgSO4 (50%) 5 g IM
3)
Pasien akan merasa agak panas
sewaktu pemberian Mg SO4
Syarat
pemberian Mg SO4 :
1)
Frekwensi nafas minimal 16 x/menit
2)
Reflek patella +
3)
Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir
c.
Kehamilan Lewat Waktu
Adalah
kehamilan yang melampui usia 292 hari (42 minggu) dengan kata lain serotinus /
post term pregnany.
Komplikasi
serotinus :
1)
Oligohidramnion
Jumlah
normal air ketuban 800 cc, diatas 42 minggu berkurang menjadi 400 cc. Akibatnya
amnion kental, mekoneum diasfirasi oleh janin.
2)
Janin di warnai mekoneum
Peristaltik
usus dan terbukanya spinter ani membuat mekoneum keluar. Sehingga menimbulkan
gangguan pernafasan bayi, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir.
3)
Makrosemia
Dengan
plasenta masih baik tumbang janin bertambah. Kondisi ini pada persalinan mempersulit
keadaan, tindakan yang paling tapat adalah SC.
4)
Dismaturitas bayi
Kemampuan
nutrisi plasenta menimbulkan perubahan menuju anaerobik, menyebabkan perubahan
kuku tampak tajam,kulit keriput, tali pusat pendek.
Penanganan :
1).
Induksi oksitosin dan SC
2). SC di
lakukan bila keadaan bayi mengalami asfiksia.
3).
Berbahaya bila pertolongan partus di luar RS, karena bayi dapat mendadak
meninggal di dalam rahim. Karena mengalami distosia bahu
d.
Kehamilan kembar
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dimana terdapat dua
atau lebih janin dalam rahim seorang ibu hamil. Kehamilan kembar ini bisa
terjadi karena terjadi pembuahan dua atau lebih sel telur. Atau bisa juga
terjadi karena satu sel telur yang dibuahi membelah diri secara dini hingga
terbentuk dua embrio ( calon bayi ) yang sama pada tahap awal kehamilan.
e.
Hidramnion
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana
terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk
keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus
hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini
adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.
Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering dijumpai. Karena cairan sulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik. Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.
Hidramnion derajat ringan sampai sedang yaitu 2 sampai 3 liter, relative sering dijumpai. Karena cairan sulit dikumpulkan dan diukur secara lengkap, diagnosis biasanya ditegakkan secara klinis dan dikonvirmasi dengan perkiraan sonografik. Frekuensi deagnosis cukup bervariasi dengan pemeriksa yang berbeda.
f.
Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD
adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban
pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida) atau sebelum 5 cm (multigravida).
KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat
menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi terutama kematian pada
bayi yang cukup tinggi. Kematian bayi yang cukup tinggi ini antara lain
disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang
meningkat karena partus tak maju, partus lama, dsb.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu :
Pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier
atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput
ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen
yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat
persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya
infeksi;
Kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD
sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada
bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau Respiratory Distress
Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
Kemungkinan yang menjadi faktor penyebab adalah:
·
Infeksi.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
·
Servik yang inkompetensia, kanalis
sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat
persalinan, curetage).
·
Tekanan intra uterin yang meninggi
atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,
hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor
predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan
seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi.
·
Kelainan letak, misalnya sungsang,
sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
·
Keadaan sosial ekonomi.
Faktor lain
a. Faktor golonngan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan
antepartum.
d. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin
C).
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi.
Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas
dan mortalitas ibu maupun bayi. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian
besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah yang masih belum terjawab.
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan
insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh
cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau
menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru,
harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau
umur kehamilan tidak diuketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan
dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi
hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis
yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya
morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin
langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban. Kebanyakan para ahli
mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau
tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya
tanda-tanda infeksi pada ibu.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi
persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % krhamilan genap bulan akan
melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam
setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan
induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik
profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak
bermanfaat terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap
chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian
antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik diberikan
segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan
profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses
persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa meyarankan bersikap
aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu samapai 6-8 jam
dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan
mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko
infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap
keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang
fatal bagi bayi dan ibunya (his yang terlalu kuat) atau proses persalinan
menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat).
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan
tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat
di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan
bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan
konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang
bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau
melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka
segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi
persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasi-komplikasi yang
kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat terjadi gawat janin
sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin
terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan
dengan tindakan bedah sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup
bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena
infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain,
misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain
komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Pengelolaan
konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu
dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolahan konservatif
adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi
intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap
hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam,
pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis
ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. (Yuyun Triani, S.ST)
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam. (Yuyun Triani, S.ST)
g.
Anemia kehamilan
Anemia adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro,2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III (Saifuddin,2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan
zat besi, jenis pengobatannya relative mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam
kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi,
bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
Plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam
kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini
untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya
kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah :
1. Kurang
gizi (malnutrisi)
2. Kurang
zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan
darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit
kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
GEJALA
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu
ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing , mata berkunang-kunang, malaise, lidah
luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah ) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Wanita hamil cenderung terkena
anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat
besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro yang
paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu sebanyak 3-5 gram
Fungsi Besi (Fe)
Besi merupakan bagian dari
hemoglobin yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sintesis hemoglobin berkurang dan
akhirnya kadar hemoglobin akan menurun.
KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan
menurut Mochtar (1998) :
1. Anemia
Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk
wanita hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi
a. Terapi
oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr/bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. (Saifuddin,2002)
b. Terapi
parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan zat besi peroral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilan tua
(Winjosastro,2002). Pemberianpreparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak
100 mg(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb
lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,2001). Untuk menegakkan diagnose anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Hb
11 gr% : Tidak anemia
2. Hb
9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb
7-8 gr% : Anemia sedang
4. Hb
< 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil
yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan
massa hewmoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan
sekitar 8-10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilakn zat besi sebanyak 100 mg
sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba,
2001).
2. Anemia
Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh
karena kekurangan asam folik, jarang sekali kerena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya :
a. Asam
folik 15-30 mg/hari
b. Vitamin
B12 3x1 tablet/hari
c. Sulfas
ferosus 3x1 tablet/hari
d. Pada
kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
tranfusi darah.
3. Anemia
Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh
hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostic
diperlukan pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi
eksternal dan pemeriksaan retikulosi
4. Anemia
Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan
penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan
obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan hal ini tidak
memberikan hasil. Sehingga tranfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
DAMPAK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu
hamil , karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi
saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : Abortus, Missed Abortus
dan kelainan congenital.
Anemia pada kehamilan trimester II
dapat menyebabkan : Persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR,
gestosis, dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer
maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan
yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat
menyebabkan : tonia uteri, retensio plasenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi
febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
PENANGANAN
Selain terapi obat penanganannya
dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan
konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani,
kacang-kacangan, dan sayur-sayuran berwarna hijau tua.
Defisiensi besi bukan satu-satunya
penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi
biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu
membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu
cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi anemia. Anemia dapat diatasi dengan
meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya
diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama
masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi
ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare,
dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum
tablet setelah makan pada malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar