Neonatus Bayi dan Balita
Minggu, 13 April 2014
Peluang Berbisnis Dari Rumah: NutriShake Itu Apa Sih ??
Peluang Berbisnis Dari Rumah: NutriShake Itu Apa Sih ??: Semangat Pagi Tahukah Anda ? Nutrishake adalah Produk yang luar biasa, tidak heran produk ini selalu mengundang pertanya...
Minggu, 02 Maret 2014
Kamis, 27 Februari 2014
Rabu, 26 Februari 2014
24 Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) merupakan acuan seorang Bidan dalam memberikan pelayanannya kepada klien.
STANDAR I : Falsafah dan Tujuan
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya memiliki visi, misi dan filososfi, serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas pelayanan efektif dan efisien.
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya mamiliki pedoman standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan terjadinya praktik pelayanan kebidanan akurat.
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya mempunyai program pengelolaan sumber daya menusia (SDM) agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
Tersedia sarana dan persyaratan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan tugasnya dan fungsi institusi pelyanan.
Pengelolaan pelyanan kebidanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan pegawai menuju pelayanan yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya memiliki program pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Pengelola pelyanan kebidanan memiliki standar asuhan / menejemen kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberi pelyanan kebidanan kepada pasien.
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksaan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara berkesinambungan
Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar – yaitu :
A. STANDAR PELAYANAN UMUM
Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
• Tujuan:
Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
• Pernyataan standar
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
• Hasil dari pernyataan standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat
Ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.
• Persyaratan
1. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sector terkait sesuai dengan kebutuhan
2. Bidan didik dan terlatih dalam:
2.1 Penyuluhan kesehatan.
2.2 Komunikasi dan keterampilan konseling dasar.
2.3 Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi,gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan kesehatan diri, kesehatan/ kematangan seksual dan tanda bahaya pada kehamilan.
3. tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal tersebut di atas.
Penyuluhan kesehatan ini akan efektif bila pesannya jelas dan tidak membingungkan.
Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan
• Tujuannya:
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian peayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan gtersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
• Hasil dari pernyataan ini:
Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelsysnsn kebidanan.
• Prasyaratan :
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu dan bayi
2. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
3. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan setempat.
4. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas.
6. Pemetaan ibu hamil.
7. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
• Hal yang harus diingat pada standar ini:
Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari hasil kerjanya.
Pencatatn dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaanü pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.ü Pencatatn dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan paraf
B. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
• Tujuannya :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
• Hasil dari identifikasi ini :
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilanü secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
• Persyaratannya antara lain :
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
• Prosesnya antara lain :
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.
Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
• Tujuaanya :
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
• Pernyataan standar :
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
• Hasilnya antara lain :
Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan.
Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.
• Persyaratannya antara lain :
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )
• Prosesnya antara lain :
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.
Standar 5 : Palpasi Abdominal
• Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
• Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
• Hasilnya :
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.
Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan.
Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
• Persyaratannya :
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
• Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
• Pernyataan standar :
Ada pedoman pengolaan anemia pada kehamilan.
Bidan mampu :
Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik.
Tersedia tablet zat besi dan asam folat.
Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
Obat cacingü
Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu.
• Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
• Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
• Pernyataan standar:
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
• Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.ü
Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi.ü
• Persyaratannya :
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu :
Mengukur tekanan darah dengan benar
Mengenali tanda-tanda preeklmpsia
Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.
Standar 8 : Persiapan Persalinan
• Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.
• Prasyarat:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk mel;akukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di poerlukan untuk melakukan pertolongan poersalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepatjika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
C. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
• Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
• pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
• Hasilnya:
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia diperlukan.
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.
Standar 10 : Persalinan Kala Dua yang Aman
• Tujuan :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
• Pernyataan standar:
Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendekt dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
• Persyaratan:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril
4. Perlengkapan alat yang cukup.
Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
• Tujuan :
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12: Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy
• Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.
• Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
D. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS
Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
• Tujuan : menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan in feksi
• Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
• Tujuan : mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi,memulai pemberian IMD
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan.
Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
• Tujuan : memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif
• Pernyataan standar:
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
E. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL
Standar 16: penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
• Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3 kehamilan
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17: penanganan kegawatan dan eklampsia
• Tujuan : mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
Standar 18: penanganan kegawatan pada partus lama
• Tujuan : mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
• Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor.
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
Standar 20: penanganan retensio plasenta
• Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total / persial.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
Standar 21: penanganan perdarahan postpartum primer
• Tujuan : mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
Standar 22: penanganan perdarahan post partum sekunder
• Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
Standar 23: penanganan sepsis puerperalis
• Tujuan : mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Standar 24: penanganan asfiksia neonaturum
• Tujuan : mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
Selamat membaca semoga memberi manfaat khususnya bagi para Bidan.
STANDAR I : Falsafah dan Tujuan
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya memiliki visi, misi dan filososfi, serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas pelayanan efektif dan efisien.
- Pada pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, dan filosofi pelayanan kebidanan yang mengacu pada visi, misi dan filosodi masing-masing.
- Tediri atas setruktur organisasi yang menggambarkan garis komando, fungsi dan tanggung jawab serta kewenangan dalam pelayanan kebidanan dan hubungan dengan unit lain dan disahkan oleh pemimpin.
- Mempunyai uraian tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang disahkan oleh pemimpin.
- Mempunyai bukti tertulis adanya tenaga yang menduduki jabatan pada organisasi yang disahkan oleh pemimpin
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya mamiliki pedoman standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan terjadinya praktik pelayanan kebidanan akurat.
- Mempunyai pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan ekanisme kerja diunit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pemompin
- Mempunyai standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat, standar ruangan, standar ketenanga yang telah disahkan oleh pemimpin.
- Mempunyai prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan/tindakan kebidanan yang telah disahkan oleh pemimpin
- Mempunyai rencana / program kerja disetiap pnstitusi pengelolaan yang mengacu ke institusi induk.
- Mempunyai bukti tertulis terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
- Mempunyai naskah kerja sama, progaram praktik dari institusi yang menggunakan latihan praktik, program, pengajaran klinik, dan penilaian klinik. Ada bukti administrasi yang meliputi buku regristrasi.
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya mempunyai program pengelolaan sumber daya menusia (SDM) agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
- Mempunyai program kebutuhan SDM sesuai dengan keutuhan
- Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
- Mempunyai jadwaal dinas yang menggambarkan kemampuan tiap-tiap per – unit yang menduduki tanggung jawab dan kemmapuan yang dimiliki oleh bidan.
- Mempunyai seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan kualifikasi minimalselaku kepala ruangan jika kepala ruangan berhalangan bertugas.
- Mempunyai data personil yang bertugas di ruangan tersebut.
Tersedia sarana dan persyaratan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan tugasnya dan fungsi institusi pelyanan.
- Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan ada mekanisme keterlibatan bidan dalam perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana.
- Ada bukti inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang
- Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu
- Ada prosedur permintaan dan penghapusan barang.
Pengelolaan pelyanan kebidanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan pegawai menuju pelayanan yang berkualitas.
- Mempunyai kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang disahkan oleh pemimpin
- Mempunyai prosedur personalia : penerimaan pegawai konytak kerja, hak dan kewaiban personalia
- Mempunyai personalia pengajuan cuti pegawai, istirahat, sakit dan lain-lain.
- Mempunyai prosedur pembinaan pegawai.
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya memiliki program pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
- Ada program ppembinaan staf dan program pendidikan secara berkesinambungan
- Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan / pegawai baru dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan
- Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan.
Pengelola pelyanan kebidanan memiliki standar asuhan / menejemen kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberi pelyanan kebidanan kepada pasien.
- Ada standar menejemen kebidanan (SMK) sebagai pedoman dalam memberi pelayanan kebidanan.
- Ada format menejemen kebidanan yang terdaftar pada catatan medik
- Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
- Ada dianosa kebidanan.
- Ada rencana asuhan kebidanan.
- Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
- Ada evaluasi dalam memberi asuhan kebidanan
- Ada dokumentasi untuk kegiatan menejemen kebidanan.
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksaan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara berkesinambungan
- Ada program atau rencana tertulis penungkatan mutu pelayanan kebidanan.
- Ada program atau rencana tertulis untuk melakukan penilaian terhadap standar asuhan kebidanan.
- Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan/ pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan
- Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana tindak lanjut
- Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secar teratur kepada semua staf pelayanan kebidanan.
Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar – yaitu :
- Standar Pelayanan Umum (2 standar)
- Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
- Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
- Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
- Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
24 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
A. STANDAR PELAYANAN UMUM
Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
• Tujuan:
Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
• Pernyataan standar
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
• Hasil dari pernyataan standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat
Ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.
• Persyaratan
1. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sector terkait sesuai dengan kebutuhan
2. Bidan didik dan terlatih dalam:
2.1 Penyuluhan kesehatan.
2.2 Komunikasi dan keterampilan konseling dasar.
2.3 Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi,gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan kesehatan diri, kesehatan/ kematangan seksual dan tanda bahaya pada kehamilan.
3. tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal tersebut di atas.
Penyuluhan kesehatan ini akan efektif bila pesannya jelas dan tidak membingungkan.
Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan
• Tujuannya:
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian peayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan gtersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
• Hasil dari pernyataan ini:
Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelsysnsn kebidanan.
• Prasyaratan :
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu dan bayi
2. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
3. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan setempat.
4. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas.
6. Pemetaan ibu hamil.
7. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
• Hal yang harus diingat pada standar ini:
Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari hasil kerjanya.
Pencatatn dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaanü pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.ü Pencatatn dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan paraf
B. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
• Tujuannya :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
• Hasil dari identifikasi ini :
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilanü secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
• Persyaratannya antara lain :
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
• Prosesnya antara lain :
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.
Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
• Tujuaanya :
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.
• Pernyataan standar :
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
• Hasilnya antara lain :
Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan.
Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.
• Persyaratannya antara lain :
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )
• Prosesnya antara lain :
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.
Standar 5 : Palpasi Abdominal
• Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
• Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
• Hasilnya :
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.
Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan.
Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
• Persyaratannya :
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
• Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
• Pernyataan standar :
Ada pedoman pengolaan anemia pada kehamilan.
Bidan mampu :
Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik.
Tersedia tablet zat besi dan asam folat.
Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
Obat cacingü
Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu.
• Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
• Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
• Pernyataan standar:
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
• Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.ü
Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi.ü
• Persyaratannya :
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu :
Mengukur tekanan darah dengan benar
Mengenali tanda-tanda preeklmpsia
Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.
Standar 8 : Persiapan Persalinan
• Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.
• Prasyarat:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk mel;akukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di poerlukan untuk melakukan pertolongan poersalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepatjika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
C. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
• Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
• pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
• Hasilnya:
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia diperlukan.
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.
Standar 10 : Persalinan Kala Dua yang Aman
• Tujuan :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
• Pernyataan standar:
Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendekt dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
• Persyaratan:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril
4. Perlengkapan alat yang cukup.
Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
• Tujuan :
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Standar 12: Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy
• Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.
• Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
D. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS
Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
• Tujuan : menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan in feksi
• Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
• Tujuan : mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi,memulai pemberian IMD
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan.
Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
• Tujuan : memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif
• Pernyataan standar:
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
E. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL
Standar 16: penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
• Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3 kehamilan
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17: penanganan kegawatan dan eklampsia
• Tujuan : mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
Standar 18: penanganan kegawatan pada partus lama
• Tujuan : mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
• Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor.
• Pernyataan standar:
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
Standar 20: penanganan retensio plasenta
• Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total / persial.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
Standar 21: penanganan perdarahan postpartum primer
• Tujuan : mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
Standar 22: penanganan perdarahan post partum sekunder
• Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
Standar 23: penanganan sepsis puerperalis
• Tujuan : mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
Standar 24: penanganan asfiksia neonaturum
• Tujuan : mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.
• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
Rabu, 19 Februari 2014
FERTILISASI
Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid, yaitu sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk membentuk zigot haploid. Tempat terjadinya fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar Oviduct (Fertilisasi In vitro).
Video Ovulasi
A. STRUKTUR OOSIT
Ovulasi
Sebelum membahas Ovulasi. Mari luruskan dulu persepsi mengenai Ovum dan Oosit.
Ovulasi adalah proses lepasnya Oosit (bukan Ovum). Oosit masih berada di tahap Oosit sekunder. Jadi, belum berupa ovum matang. Lalu kapan Oosit menjadi Ovum?
Ingat-ingat
lagi postingan sebelumnya, Oosit sekunder akan membelah menjadi dua
sel, satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu sel lagi berukuran
lebih kecil disebut badan kutub sekunder. Ootid ini akan
bermetamorfosis menjadi Ovum. Namun, untuk membuat Oosit sekunder
menjadi Ootid perlu dirangsang oleh keberadaan sperma. Jika tidak ada
sperma maka Oosit ini tidak ada yang membuahi, sehingga akan ikut luruh
bersama dinding rahim saat menstruasi.
Ketika sperma Jika pada sel terdapat 2 inti sel (pronukleus) dari Sperma dan Oosit yang belum melebur, juga terdapat 2 badan polar maka saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi Ovum yang matang.
Sekarang, kembali ke Ovulasi. Keluarnya Oosit disebabkan oleh Luteinizing Hormone
(LH) yang disekresikan oleh hipofisis. Hipofisis terangsang oleh
estrogen yang diproduksi sel-sel folikel. Saat menjelang ovulasi,
Meiosis I selesai, Oosit sekunder dan badan polar pertama melanjutkan
pembelahan dengan melakukan Meiosis II dan berhenti pada Metafase II.
Selanjutnya, oosit sekunder dilepas dari ovarium dan ditangkap oleh
Fimbriae dan dibawa ke oviduk.
Video Ovulasi
Sumber: php.med.unsw.edu.au
Oosit yang baru keluar dari Ovarium memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1. Cumulus Oophorus adalah
tumpukan sel-sel granulosa yang menyelubungi dan menunjang oosit,
nantinya sel-sel granulosa ini akan berubah menjadi mantel terluar yang
paling tebal yang disebut Korona Radiata.
2. Zona pellusida adalah lapisan pelindung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Dapat juga mencegah terjadinya polyspermi (lebih dari 1 sperma yang masuk)
Tahapan Proses Fertilisasi
- Begitu lepas dari Ovarium, Oosit akan melengkapi Meiosis 1 dan memulai Meiosis 2 (berhenti di Metafase II) sambil bergerak menuju Oviduct dengan bantuan epitel bersilia.
- Setelah sperma diejakulasi, sperma bergerak dari serviks (leher rahim), uterus, hingga tiba di oviduct/tuba fallopi. Dibutuhkan waktu 14-72 jam bagi sperma untuk membuahi Oosit.
- Kapasitasi Spermatozoa di Oviduct adalah masa penyesuaian dalam saluran reproduksi wanita di mana terjadi pelepasan selubung glikoprotein dan protein-protein plasma semen yang membungkus akrosom yang berlangsung kira-kira 7 jam pada manusia, selain itu Spermatozoa diberi nutrisi dan ATP oleh jaringan Oviduct.
4. Sperma
dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder
menghasilkan enzim dan senyawa tertentu sehingga terjadi aktivitas yang
saling mendukung. Pada sperma terjadi Reaksi Akrosom, yaitu pelepasan enzim-enzim yang dapat menembus dinding Oosit, diantaranya:
a. Hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan senyawa hilarunoid yang terdapat pada lapisan korona radiata.
b. Akrosin, protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
c. Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Selain sperma, oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu. Senyawa tersebut adalah fertilizin, yang tersusun atas glikoprotein yang berfungsi:
a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b. Menarik sperma secara kemostaksis positif.
c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
- Fusi membran Oosit dan membran Sperma sehingga terjadi Reaksi Granula Korteks Oosit untuk mencegah lebih dari 1 spema yang masuk (anti polispermia) dengan cara
a. Perubahan tegangan listrik membran Oosit dari 20 μV menjadi 60 μV.
b. Terbentuk membran fertilisasi.
6. Melengkapi Meiosis.
7. Fusi pronukleus jantan & betina.
KEHAMILAN
Gambar 1. Fertilisasi
ANIMASI
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopi. Hasil fertilisasi disebut zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula. Kemudian morula berubah bentuk menjadi blastosit yaitu bola padat yang membentuk suatu rongga yang diisi oleh cairan yang dikelurkan oleh tuba fallopi. Rongga ini disebut blastosoel. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Gambar 2. Morula
Gambar 3. Blastosit
Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi,
blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron merangsang
pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh
darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen
dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas
kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan
memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah
hari ke-12 dari fertilisasi.
Gambar 4. Perkembangan zigot
Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan selanjutnya yaitu menjadi gastrula dan neurula. Selanjutnya zigot ini akan berkembang menjadi embrio.
Gambar 5. Gastrula
Gambar 5. Neurula
Jika kehamilan terjadi di luar rahim maka kehamilan tersebut disebut kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan).
Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan
jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm.
Endoderm tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan
demikian terbentuklah usus primitif dan kemudian terbentuk pula kantung kuning telur (Yolk Sac)
yang membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna,
maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan
ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi
embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer).
Semua bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut.
Ektoderm akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm
membentuk saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk
antara lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan
sistem reproduksi.
Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
a. Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran
endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia
hanya terdapat sedikit dan tidak berguna.
b. Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi
cairan tempat embrio mengapung. Kantung amnion menghasilkan ciran
amnion/air ketuban. Cairan amnion berfungsi melindungi janin dari
tekanan atau benturan.
c. Alantois
Alantois berfungsi sebagai organ
respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia,
alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai
badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tali pusat/tali
ari-ari. Alantois mengandung pembuluh darah.
d. Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang
terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari
ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot
trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk plasenta.
Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut
janin/fetus.
Gambar 6. Janin dan membran embrioniknya
Plasenta berbentuk seperti cakram dengan
garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi
akan lahir, tetapi pada waktu hari ke 28 setelah fertilisasi plasenta
berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas,
makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan
plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin,
meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier)
berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin. Plasenta akan
dilepaskan oleh rahim dan dikeluarkan segera setelah bayi dilahirkan.
Catatan : Makin
tua kandungan, jumlah estrogen di dalam darah makin banyak, progesteron
makin sedikit. Hal ini berhubungan dengan sifat estrogen yang
merangsang uterus untuk berkontraksi, sedangkan progesteron mencegah
kontraksi uterus. Hormon oksitosin yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis juga berperan dalam merangsang kontraksi uterus menjelang
persalinan. Progesteron dan estrogen juga merangsang pertumbuhan
kelenjar air susu, tetapi setelah kelahiran hormon prolaktin yang
dihasilkan kelenjar hipofisislah yang merangsang produksi air susu.
Pada fase kehamilan , hormon-hormon yang berperan adalah:
- Progesteron dan Estrogen
Hingga kehamilan bulan ke 3-4 hormon ini
diproduksi oleh korpus luteum. Secara berangsur-angsur fungsi korpus
luteum diganti oleh plasenta.
- Prolaktin
Yakni hormon yang merangsang kerja
kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sehingga pada saat diperlukan siap
berfungsi. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga
kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin.
Hormon ini diproduksi oleh plasenta.
REPRODUKSI WANITA
a). Alat kelamin dalam
Organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang terdiri dari:
- Ovarium
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin betina pada hewan dan manusia. Pada makhluk vertebrata termasuk manusia, mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon.
Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Di dalam proses ini sel telur akan disertai dengan suatu kelompok sel yang disebut sel folikel. Pada manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium menjadi oosit terjadi pada embrio dalam kandungan dan oosit tidak akan berkembang menjadi ovum sampai dimulainya masa pubertas.
Pada masa pubertas, ovum yang sudah matang akan dilepaskan dari sel
folikel dan dikeluarkan dari ovarium. Proses pelepasan dari ovarium
disebut ovulasi. Sel ovum siap untuk dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apabila berhasil bergabung akan membentuk zigot.
Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks sekunder. Estrogen
dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk implantasi
telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan
sinyal kepada kelenjar hipotalamus dan pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak pelan menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma (di tuba
fallopi), sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan
berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi
di tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan ektopik,
di mana kehamilan tidak terjadi di rahim. Perkembangan janin pada
kehamilan ektopik, dapat terjadi di tuba fallopi sendiri, bibir rahim,
bahkan ovarium.
Gambar 1. Siklus ovarium
ANIMASI REPRODUKSI
Animasi Perkembangan Folikel Telur
- Saluran telur / tuba fallopi / oviduct
Tuba Fallopi atau Tabung Fallopi, yang
dikenal juga sebagai oviduk atau buluh rahim, adalah dua buah saluran
yang sangat halus yang menghubungkan ovarium mamalia betina dengan rahim. Saluran/tuba ini dinamakan berdasarkan penemunya, ahli anatomi Italia, Gabriele Falloppio.
Tuba fallopi membentang sepanjang 5-7,6
cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium. Ujung dari tuba kiri dan kanan
membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel
telur jatuh ke dalamnye ketika dilepaskan dari ovarium.
- Rahim / uterus
Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah serviks, membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang dianggap badan rahim. Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada tempatnya oleh beberapa ligamen. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan itu yang paling dalam disebut endometrium.
Pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia, endometrium membuat lapisan
pada waktu-waktu tertentu yang, jika tak ada kehamilan terjadi,
dilepaskan atau menyerap kembali.
Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan oleh menstruasi. Fungsi rahim adalah:
- tempat terjadinya menstruasi
- tempat dimana ovum yang telah dibuahi tertanam (implantasi) dan berkembang menjadi janin
- mengeluarkan janin selama persalinan
- Vagina
Vagina (dari bahasa Latin yang makna literalnya “pelindung” atau “selongsong”) adalah saluran berbentuk tabung yang menghubungkan uterus ke bagian luar tubuh. Vagina merupakan alat reproduksi pada mamalia betina, seperti halnya penis pada mamalia jantan.
Vagina menghasilkan berbagai macam sekresi seperti keringat, sebum, dan sekresi dari kelenjar Bartholin dan Skene pada vulva, cairan endometrial, dan oviductal (yang berubah sesuai dengan siklus haid), cervical mucus, sel exfoliated. Sekresi pada dinding vagina itu dapat meningkatkan gairah seksual.
Vagina merupakan organ reproduksi wanita
yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara
uretra dengan anus sangat dekat. pH vagina normal yaitu 3-3,5.
Gambar 2. Letak organ reproduksi wanita
Gambar 3. Organ reproduksi wanita
b). Alat kelamin luar
Organ kelamin luar wanita memiliki 2
fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan
sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi.
Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia
luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan
menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan
melalui hubungan seksual.
- Vulva
Vulva dibatasi oleh labium mayor. Vulva sama dengan skrotum pada pria.
- Labium
Labium yaitu bibir yang membatasi vulva, terdapat sepasang bibir besar di sebelah luar (labium mayor) dan sepasang bibir kecil di sebelah dalam (labium minor). Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
(penghasil minyak). Setelah puber, labium mayor akan ditumbuhi rambut.
Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor dan
mengelilingi lubang vagina dan uretra.
- Klitoris
Labium minora kiri dan kanan bertemu di depan dan membentuk klitoris,
yang merupakan penonjolan kecil yang sangat peka (sama dengan penis
pada pria). Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut preputium
(sama dengan kulit depan pada ujung penis pria). Klitoris sangat
sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi. Labium mayor
kiri dan kanan bertemu di bagian belakang membentuk perineum,
yang merupakan suatu jaringan fibromuskuler diantara vagina dan anus.
Kulit yang membungkus perineum dan labium mayor sama dengan kulit di
bagian tubuh lainnya, yaitu tebal dan kering dan bisa membentuk sisik.
Sedangkan selaput pada labium minor dan vagina merupakan selaput lendir,
lapisan dalamnya memiliki struktur yang sama dengan kulit, tetapi
permukaannya tetap lembab karena adanya cairan yang berasal dari
pembuluh darah pada lapisan yang lebih dalam. Karena kaya akan pembuluh
darah, maka labium minora dan vagina tampak berwarna pink.
- Lubang vagina
Lubang pada vagina disebut introitus dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus disebut forset. Jika ada rangsangan, dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar bartolin. Uretra terletak di depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih.
Lubang vagina dikeliling oleh himen
(selaput dara). Kekuatan himen pada setiap wanita bervariasi, karena
itu pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual, himen bisa robek
atau bisa juga tidak.
Gambar 4. Anatomi sistem reproduksi wanita
ANIMASI ALAT REPRODUKSI:
Reproduksi Wanita
Organ Reproduksi Wanita
- Kelenjar payudara
Kelenjar ini terletak diantara iga ke-2
sampai dengan iga ke-6. Kelenjar ini terdiri atas 15-20 lobus yang
dipisah-pisahkan oleh jaringan lemak. Setiap lobus dibagi lagi oleh
jaringan ikat menjadi lobulus-lobulus. Pada setiap lobulus terdapat
kumpulan kelenjar-kelenjar keringat yang disebut alveoli. Saluran-saluran kelenjar payudara pada satu lobus berkumpul menjadi duktus mamilaris. Dekat puting susu saluran ini melebar menjadi ampulla yang berfungsi sebagai tempat penampungan air susu.
Kulit sekitar puting susu berwarna kehitaman dan kasar disebut areola. Hitamnya areola karena adanya pigmen melanin dan kasarnya karena terdapat muara-muara kelenjar keringat.
Fungsi utama dari payudara adalah memproduksi dan mengeluarkan air susu ibu dari mamae. Kedua proses diatas disebut laktasi. Sekresi air susu ibu oleh alveoli dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang berasal dari adenohipofisis.
Gambar 5. Kelenjar payudara
Pada akhir kehamilan dan hari-hari
pertama setelah persalinan, payudara menghasilkan suatu cairan keruh
keputih-putihan yang disebut colostrum. Colostrum
kurang mengandung lemak dan laktosa, tetapi mengandung banyak antibodi
yang diduga dapat membantu pertahanan tubuh si bayi terhadap
penyakit-penyakit infeksi pencernaan makanan dan saluran pernapasan.
SIKLUS MENSTRUASI
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer
yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer
akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel
berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen
yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar
berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang
habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat
pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang
berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan
ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum).
Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal
lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan
datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal,
selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH,
akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan
progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam
terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas
dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut
fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.
Gambar 1. Siklus Menstruasi
Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Gambar 2. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin
Gambar 3. Siklus Hormonal
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi
yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi
dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.
Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi.
Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat
kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Masa Subur
Masa subur adalah masa dimana akan
terjadi kehamilan pada saat fertilisasi. Pada masa itulah, sel telur
yang dihasilkan berada dalam keadaan siap untuk dibuahi.
Animasi
Senin, 03 Februari 2014
Program Kreatifitas Mahasiswa Karya Tulis (PKMKT) tahun 2014
Program Kreatifitas Mahasiswa Karya Tulis
Bagi teman-teman Dosen yang gemar dengan karya bimbingannya tidak hanya tertuang pada bimbingan Tugas Akhir (TA) saja, tapi DIKTI memfasilitasi kita dalam PKM-KT ini. Mari berlomba-lomba untuk menampilkan kreatifitas dan pemikiran kita bersama mahasiswa binaan masing-masing. Pemberkasan bisa dilakukan mulai tanggal 01 Pebruari sampai dengan 31 Maret 2014.
smoga kita bisa menampilkan PT kita dalam pengumuman DIKTI besuk ....Semangat
http://img.dikti.go.id/wp-content/uploads/2014/01/srt_pengajuan_usul_pkmkt_2014.pdf
http://img.dikti.go.id/wp-content/uploads/2014/01/Panduan-PKM-Tahun-2013.pdf
Bagi teman-teman Dosen yang gemar dengan karya bimbingannya tidak hanya tertuang pada bimbingan Tugas Akhir (TA) saja, tapi DIKTI memfasilitasi kita dalam PKM-KT ini. Mari berlomba-lomba untuk menampilkan kreatifitas dan pemikiran kita bersama mahasiswa binaan masing-masing. Pemberkasan bisa dilakukan mulai tanggal 01 Pebruari sampai dengan 31 Maret 2014.
smoga kita bisa menampilkan PT kita dalam pengumuman DIKTI besuk ....Semangat
http://img.dikti.go.id/wp-content/uploads/2014/01/srt_pengajuan_usul_pkmkt_2014.pdf
http://img.dikti.go.id/wp-content/uploads/2014/01/Panduan-PKM-Tahun-2013.pdf
Jumat, 31 Januari 2014
Faktor Fisik dan Psikologis Yang Mempengaruhi Kehamilan
A.
FAKTOR
FISIK
1.
Status Kesehatan/ Penyakit
Ada dua klasifikasi dasar
yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil:
a.
Penyakit
atau komplikasi akibat langsung kehamilan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Hyeperemesis gravidarum,
preeklampsial eklampsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik,
kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan anterpartum, gemelli.
b.
Penyakit
atau kelaianan yang tidak
langsung berhubungan dengan kehamilan. Terdapat hubungan timbale balik dimana
penyakit ini dapat memperberat serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini
dapat diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang termasuk dalam kategori ini
adalah:
1)
Penyakit
atau kelainan alat kandungan; varises vulva, kelainan bawaan, edema vulva,
hematoma vulva, perdangan, Gonorea, Trikomononas vaginalis, kandidiasis,
amoebasis, DM, bartholinitis, kista bartholini, kondilomata akuminata, fistula
bagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, Prolapsus
uteri, Tumor uteri, mioma uteri, Karsinoma servik, Karsinoma korpus uteri, dan
lain-lain.
2)
Penyakit
kardiovaskuler misalnya penyakit jantung, hipertensi, stenosis aorta, mitral
isufisiensi, jantung rematik, endokarditis.
3) Penyakit darah missal
anemia dalam kehamilan, leukemia, penyakit Hodgkin, hemostasis dan kelainan
pembekuan darah, purpura trombositopeni,
hipofbrinogenemia, iso-imunisiasieri-troblastosis fetalis.
4)
Penyakit
saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia, asma bronkiale, TB
paru.
5)
Penyakit
traktus digestivus misalnya ptialismus, karies, gingivitis, pirosis, hernia
diafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendiksitis, colitis,
megakolom, tumor usus, hemorrhoid, dan lain-lain.
6)
Penyakit
hepar dan pankreas, misalnya hepatitis, ruptur hepar, sirosis hepatis, ikterus,
atrofi hepar, penyakit pankreas, dan lain-lain.
7)
Penyakit
ginjal dan saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih, bakteriuria, sistisis,
pielonefritis, glomerulonefritis, sindroma nefrotik, batu ginjal, gagal ginjal,
TBC ginjal, dan lain-lain.
8)
Penyakit
endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan kelenjar gondok dan anak
ginjal, kelainan hipofisis, epilepsia, perdarahan intrakarnial, tumor otak,
poliomileitis, sklerosis multipleks, miastenia gravis, otosklerosis, dan
lain-lain.
9)
Penyakit
menular misalnya IMS (penyakit akibat hubungan seksual), AIDS, Kondilomata
akuminata, thypus, kolera, tetanus, erysipelas, difteri, lepra, TORCH, morbili,
campak, parotitis,variola, malaria, dan lain-lain.
Beberapa pengaruh penyakit
terhadap kehamilan adalah terjadi abortus, intra uterin fetal death (IUFD),
anemia berat, infeksi transplasental, partus prematurus, dismaturitas, asfiksia
neonatorum, shock, perdarahan. Pemahaman mengenai konsep penyakit-penyakit
tersebut akan menjadi dsar dalam indentifikasi faktor resiko sehingga mampu
melakukan deteksi.
2.
Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting
diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor
gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna
pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dan kesejahteraan
janin merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama
hamil sering berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan
lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit
infeksi tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk persalinan.
Kebutuhan
zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Asam
folat.
Menurut
konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada pre dan perikonsepsi menurunkan
resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada
ibu hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga berguna untuk membantu
produksi sel darah merah, sintesis DNA pada janin dan
pertumbuhan plasenta. Pemberian multivitamin saja tidak terbukti efektif untuk
mencegah kelainan neural. Minimal pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2
bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis
pemberian asam folat untuk preventif adalah 5 mikrogram atau 0,5-0,8 mg,
sedangkan untuk kelompok deng faktor resiko adalah 4 mg/hari.
b. Energi
Diit
pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada
susunan gizi seimbang energi dan juga protein. Hal ini juga efektif untuk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil
adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh
ibu.
c. Protein
Pembentukan
jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutuhkan protein sebesar 910
gram dalam 6 bulan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein
sehari untuk ibu hamil.
d. Zat
besi (Fe)
Pemberian
suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun
cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet
besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil.
Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah atau hydraemia
(peningkatan sel darah merah 20-30% sedangkan peningkatan plasma darah 50%).
Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena mengandung
tanin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi.
e. Kalsium.
Untuk
pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan Kalsium ibu hamil adalah sebesar
500 mg sehari.
f. Pemberian
suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan
di negara dengan musim dingin yang panjang.
g. Pemberian
Yodium pada daerah dengan endemik kretinisme
h. Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc,
Magnesium, dan minyak ikan selama
hamil.
Tabel
Kecukupan Gizi Wanita Hamil Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 1993
Zat Gizi
|
Kebutuhan penambahan untuk wanita hamil (dari kebutuhan
wanita dewasa)
|
Contoh jenis makanan
|
Energi
|
285 k
kal
|
Nasi, roti, mie, ubi, jagung,
tepung, dll
|
Protein
|
12
gram
|
Daging, ikan telur, ayam,
kacang-kacangan, tahu, tempe
|
Vitamin A
|
200
RE/u.i
|
Kuning telur, hati, sayuran dan
buah hijau dan kuning, kemerahan
|
Kalsium
|
500
mg
|
Susu, ikan teri, sayuran hijau,
kacang-kacangan kering
|
Vitamin B1
|
0,2
mg
|
Biji-bijan, padi-padian,
kacang-kacangan, daging
|
Vitamin B2
|
0,2
mg
|
hati, telur, sayuran, kacang
|
Niasin
|
1 mg
|
Hati, daging, ikan biji-bijian,
kacang-kacangan
|
Vitamin C
|
10 mg
|
Sayur-sayuran, buah-buahan
|
Zat besi
|
30 mg
|
Daging, hati, sayuran hijau,
bayam, kangkung, daun papaya, daun katuk
|
Pada wanita hamil dengan
gizi buruk perlu mendapat gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu
atau kualitasnya serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Akibat
malnutrisi pada kehamilan yaitu berat otak dan bagian-bagian otak serta jumlah
sel otak kurang dari normal. Setelah lahir akan menjadi Inteligensia (IQ)
dibawah rata-rata. Karena adanya malnutrisi pada ibu hamil, volume darah
menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang, ukuran
plasenta berkurang dan transfer nutrient melalui plasenta berkurang sehingga
janin tumbuh lambat atau terganggu (IUGR). Ibu hamil dengan kekurangan gizi
cenderung melahirkan prematur atau BBLR. Rata-rata kenaikan berat badan selama
hamil adalah 10-20 ke atau 20% dari berta badan idela sebelum hamil. Proporsi
kenaikan berat badan hamil adalah sebagai berikut :
a. Kenaikan
berat badan trimester I lebih kurang 1 kg. Kenaikan berat badan ini hampir
seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.
b. Kenaikan
berat badan trimester 11 adalah 3 kg atau 0,3 kg/ Sebesar 60&
kenaikan berat badan ini dikarenakan perturn jaringan pada
ibu.
c. Kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg
atau 0,3-0,5 minggu. Sekitar 60 % kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan
jaringan janin. Timbunan lemak pada ibu lebih kurang 3 kg.
Gizi sangat
berpengaruh pada tumbuh kembang otak otak yang pesat terjadi 2 fase. Fase
pertama pada usia kehamilan 15-20 minggu dan fase kedua, adalah 30 minggu
sampai 18 bulan setelah lahir (perinatal). Pada umur 0-1 tahun terjadi
pertumbuhan otak 25% dari saat hamil. Pada usia 2 tahun pertumbuhan otak kurang
dari 10%. Berat otak pada saat lahir 25% otak dewasa, pada umur 6 bulan 50%,
pada saat umur 2 tahun 75% otak dewasa, pada saat 5 tahun 90% otak dewasa dan
pada umur 10 tahun 95% otak dewasa. Pengaturan komposisi makanan terdiri dari
protein 10-15%, lemak 20% dan karbohidrat 60-70%.
Dasar pengaturan
gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai
berikut :
a. Metabolisme
umum, terjadi peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori meningkat.
Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama mengalarni peningkatan dan kemudian
menurun 20-25% pada 20 minggu terakhir. Karena adanya peningkatan growth hormon
sehingga penggunaan protein meningkat. Terjadi peningkatan Parathyroid hormon
sehingga metabolisme Kalsium meningkat.
b. Fungsi
alat pencernaan, terjadi perubahan hormonal, peningkatan HCG, hormon estrogen
dan progesteron menimbulkan berbagai perubahan. Misalnya perubahan pola makan
diakibatkan keluhan mual muntah, adanya morning sickness, keluhan anoreksia.
Juga muncul perubahan motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama,
terjadi peningkatan absorpsi nutrien, glukosa dan zat besi, dan terjadi
perubahan motilitas uses hingga kadang timbal obstipasi.
c. Fungsi
ginjal, terjadi peningkatan Glomurelo Filtration rate (GFR) 50%, sehingga
banyak cairan yang diekskresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan
diekskresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
d. Volume
darah atau plasma darah rata-rata meningkat hingga 50%, dan jumlah erytrosit
meningkat 20-30% sehingga terjadi hemodilusi dan konsentrasi Hemoglobin menurun.
Penilaian status gizi ibu
hamil adalah dari :
a.
Berat
badan dilihat dari Quatelet atau body mass index (Indek Masa Tubuh = IMT). Ibu
hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas
kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight
meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin
besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
b.
Ukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Standar
minimal untuk ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi
adalah 23,5 cm. Jika ukuran LiLA
kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah Kurang Energl. Kronis (KEK).
c.
Kadar
Hemoglobin (HB)
3. Gaya Hidup
a. Kebiasaan minum jamu. Minum
jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena
efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR partus
prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum ,
kematian janin dalam kandungan dan
malformasi organ janin. Hal ini terjadi terutama apabila minum jamu pada
trimester I. Selain efek pada janin juga terdapat kemungkinan efek pada ibu
hamil, misalnya keracunan, kerusakan jantung dan ginjal, shock, dan perdarahan.
Efek tersebut dapat terjadi dikarenakan
kandungan zat-zat tertentu pada jamu baik berupa bahan herbal maupun
bahan lain yang mungkin tidak aman bagi ibu. Karena kenyataan yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa tidak semua jamu yang
beredar di pasaran Indonesia mencantumkan bahan atau komposisi jamu,
termasuk tidak mencantumkan hasil riser evidence mengenai zat-zat yang digunakan untuk membuat jamu, bahkan
kadang ada yang mencampur jamu, dengan jenis obat tertentu yang membahayakan
kehamilan. Menurut standar konsep pengobatan tradisional sebenarnya
diperbolehkan dan dibenarkan dengan persyaratan bahwa zat-zat atau bahan yang
dipergunakan dalam pengobatan tradisional tersebut sudah terbukti efektif dan
bermanfaat dan tidak membahayakan kehamilan.
b. Mitos,
takhayul atau kepercayaan tertentu. Perlu dikaji ada beberapa mitos tertentu
yang membahayakan kehamilan dan ada mendukung terhadap pemeliharaan kesehatan
selama hamil. Mengenai mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat istiadat tertentu. Contoh
ada mitoni, tidak boleh makan-makanan yang berbau amis, tidak boleh
mempersiapkan keperluan untuk persalinan
dan bayi, minum air kelapa muda,
tidak boleh memotong rambut, tidak boleh berkata
kotor dsb. Mitos yang mendukung asuhan tentunya diperbolehkan
sedangkan yang membahayakan dalam asuhan kehamilan semestinya kita cegah dengan
memberikan konseling dan pendidikan kesehatan yang tepat pada ibu hamil.
c. Aktivitas
Seksual
Nasehat
atau pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan aktivitas seksual ibu selama
hamil sangat jarang diberikan selama antenatal care.
Seringkali
pemberian pendidikan kesehatan mengenai seksual selama hamil sangat minim
diberikan, bahkan kadang informasi diberikan secara tidak jelas, implisit,
dengan bahasa kias serta menimbulkan salah pengertian. Berdasarkan konsep
evidence bahwa ibu hamil tidak harus menghentikan aktivitas seksual ataupun
secara khusus mengurangi aktivitas seksual. Mengenai aktivitas seksual jarang
sekali diklarifikasi ataupun didiskusikan dengan ibu hamil. Bahkan ada sebagian
kalangan yang menganggap bahwa hal ini tabu untuk dibicarakan. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa, efek dari aktivitas seksual selama hamil.
Larangan dalam aktivitas seksual pada ibu hamil merupakan hal yang tidak tepat
atau tidak evidence. Terdapat perubahan yang cukup jelas mengenai kenyamanan
seksual selama hamil, mungkin terjadi peningkatan atau penurunan libido.
Beberapa pendapat mengenai hubungan seksual selama hamil didnsari pada beberapa
konsep bahwa dalam cairan sperma terkandung prostaglandin sehingga merangsang
munculnya kontraksi, dimungkinkan merangsang mulainya persalinan, maka muncul
pendapat bahwa coitus mendekati usia kehamilan aterm menyebabkan kemungkinan
insiden kehamilan postterm atau serotimus. Namun menurut konsep evidence based
menyatakan bahwa pengaruh aktiviitas seksual selama masa kehamilan tidak
terbukti signifikan berhubungan dengan peristiwa mulainya persalinan (Enkin,
2000).
d.
Pekerjaan
atau aktivitas sehari-hari
Menurut analisis profesional bahwa maksud pekerjaan atau
aktivitas ibu hamil bukan hanya pekerjaan ke luar rumah atau institusi
tertentu, tetapi juga pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu rumah tangga di
dalam rumah, termasuk pekerjaan sehari- hari di rumah dan mengasuh anak. Sering
ada rekomendasi untuk mengurangi aktivitas pada ibu hamil dengan riwayat
melahirkan BBLR, namun hal ini tidak terbukti efektif. Tidak ada rekomendasi
dalam asuhan kehamilan dimana ibu hamil sama sekali tidak boleh melakukan
aktivitas pekerjaan rumah ataupun bekerja diluar rumah. yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dan toleran dalam
pekerjaan. Karena pada kenyataannya pekerjaan selain berhubungan dengan
pemeliharaan kesehatan juga berhubungan dengan penghasilan keluarga dan
kesejahteraan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas
bagi ibu hamil adalah apakah aktivitasnya berisiko bagi kehamilan. Contoh
aktivitas yang berisiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang meningkatkan
stress, berdiri lama sepanjang hari, mengangkat sesuatu yang berat, paparan terhadap
suhu atau kelembaban yang ekstrim tinggi atau rendah, pekerjaaan dengan paparan
radiasi. Nasehat yang penting disampaikan adalah bahwa ibu hamil tetap boleh
melakukan aktivitas atau pekerjaan tetapi cermati apakah pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan berisiko atau tidak untuk kehamilan dan ada perubahan
dalam aktivitas atau pekerjaan karena berhubungan dengan kapasitas fisik ibu
dan perubahan sistem tubuh, nasehatkan pula dari sisi keuntungan dan resiko
bagi ibu hamil.
e. Exercise
atau senam hamil
Senam hamil atau latihan memberi keuntungan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar
peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal, dan mempersiapkan
pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses persalinan. Komponen gerakan senam ada beberapa
modifikasi yang berbeda-beda tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu adanya pemanasan, latihan pernafasan, latihan otot, dan latihan panggul.
Perhatikan mengenai kontraindikasi untuk melakukan senam hamil, misalnya
kehamilan dengan abortus berulang, dengan penyakit hipertensi atau kehamilan
dengan penyakit tertentu sehingga menimbulkan resiko bagi kehamilannya.
4. Substance Abuse
Pengertian dari substance abuse adalah perilaku yang membahayakan
bagi ibu hamil termasuk penyalahgunaan atau penggunaa obat atau zat-zat
tertentu yang membahayakan ibu hamil.
a.
Penggunaan obat-obat selama hamil
Pengaruh
obat terhadap janin selama hamil tidak hanya tergantung dari macam obat, akan
tetapi juga tergantung dari saat obat diberikan. Obat-obat yang diberikan
kepada ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti:
1) Kelainan
bentuk anatomik atau kecacatan pada janin, penggunaan obat pada trimester
pertama.
2) Kelainan
faal alat tubuh
3) Gangguan
pertukaran zat dalam tubuh.
Kadang-kadang pengaruh obat yang diberikan pada waktu hamil baru akan terlihat pada
bayi yang dilahirkan ketika sudah menginjak usia remaja atau dewasa. Sebagai
contoh pemberian estrogen pada ibu hamil dapat menyebabkan tumor alat kandungan
bila bayi telah berusia remaja atau dewasa. Hampir semua obat yang diberikan
pada wanita hamil melalui plasenta dan mencapai janin dan beberapa diantaranya
dapat mengganggu perkembangan janin. Maka sebaiknya berhati-hati memberikan
obat sewaktu hamil.
Tabel Daftar Obat yang
berpotensi membahayakan atau
menimbulkan kelainan pada
Janin
Nama
Obat
|
Kemungkinan
Kelainan Pada Bayi
|
Kloramfenikol
|
Gangguan pernafasan, grey sindrom (sindrom abu-abu)
|
Tetrasiklin
|
Gangguan pertumbuhan tulang, perubahan warna gigi, gigi
rapu
|
Dihidrosetreptomisin
|
Tuli
|
Strepromisin
|
Gangguan keseimbangan
|
Amitriptin
|
Iritabilitas neonates
|
Amfetamin
|
Iritabilitas, tidak mau menyusus, takhikardi. Malformasi
kardiovaskuler dan muskulus keletal
|
Nitrofurantoin
|
Gangguan dalam darah
|
Fenasetin
|
Gangguan dalam darah
|
Anti diabetik per oral
|
Kematian janian dalam kandungan
|
Anti kanker
|
Trombositopenia, cacat bawaan
|
Anti malaria
|
Kelainan congenital
|
Aspirin
|
IUGR
|
Ibuprofen
|
Kontiksi duktus arteriosus
|
Parasetamol
|
Diskolasi sendi pahda dan clubfoot
|
Vitamin dengan dosis tinggi
|
Kerusakan ginjal, defek susunan saraf pusat dan
kranifasila, skorbut, ketidakmampuan belajar, kerusakan hati dan tulang
|
b.
Merokok
Berdasarkan konsep evidence menunjukkan bahwa merokok
menimbulkan efek yang sangat membahayakan bagi janin. Ibu hamil perokok akan beresiko menurunkan berat bayi lahir. Efek merokok
terhadap kejadian pre eklampsia, kelainan perinatal tidak
cukup terbukti. Hasil riset menunjukkan satu atau lima diantara wanita hamil
dilaporkan merokok. Hingga seperempat wanita
hamil yang merokok, berhenti pada pemeriksaan kunjungan antenatal yang pertama. Kebiasaan merokok sering terjadi pada
kelompok sosial ekonomi rendah, paritas tinggi, status un marital, penghasilan
rendah, atau ibu dengan problem psikologis seperti depresi, stress, pekerja berat, dan lain-lain. Merokok merupakan salah satu
isu penting yang sangat bagus dicermati saat kehamilan karena efek yang
muncul diakibatkan merokok adalah kelahiran BBLR, persalinan preterm, kematian
perinatal. Merokok juga sering dihubungkan dengan kejadian keberhasilan masa
menyusui atau laktasi dan memperpendek masa menyusui, meskipun dalam hubungan
ini penyebabnya belum diketahui dengna pasti. Faktor lingkungan yang baik dan
strategis merupakan salah satu upaya penting untuk menghentikan kebiasaan
merokok bagi ibu daripada pemberian konseling tentang bahaya merokok. Pengaruh
nikotin terhadap janin menimbulkan efek kenaikan tekanan pada otak janin
peningkatan denyut jantung janin. Merokok selain mempunyai efek membahayakan
janin juga membahayakan ibu berkaitan dengan penyakit- penyakit yang muncul
sebagal akibat merokok, misalnya penyakit paru,
jantung, hipertensi, arteriosklerosis, kanker paru dsb. Para bidan,
dokter spesialis kebidanan harus mendukung upaya untuk menghentikan merokok
melalui kegiatan antenatal care, kelas antenatal bagi perokok mengurangi
periklanan tentang rokok, area bebas merokok, dan mengembangkan serta mendukung
kebijaksanaan tentang upaya mengurangi merokok di institusi atau tempat kerja
masing-masing.
c.
Alkohol dan kafein
Alkohol yang
dikonsurnsi ibu hamil dapat membahayakan jantung hamil dan merusak janin,
termasuk menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan kelahiran
prematur. Tidak hanya pada peminum atau pemakai alkohol rutin, tetapi juga pada
pemakai alkohol yang tidak rutin atau insidental. Efek pemakaian alkohol dalam
kehamilan adalah pertumbuhan janin terhambat, retardasi mental, kecacatan,
kelainan jantung dan kelainan neonatal. Munculnya efek ketidaknormalan pada ibu
hamil dengan konsumsi alkohol minimal 28.5 ml perhari dan terutama konsumsi
alkohol pada trimester pertama. Konsumsi kafein yang berlebihan mengakibatkan
bayi lahir mati, abortus dan persalinan prematur.
d.
Hamil dengan ketergantungan obat/ pengguna NAPZA
Pemakaian
obat-obatan pada wanita hamil sangat mempengaruhi ibu maupun
janinnya, terutama pada masa konsepsi dan trimester I kehamilan karena tahap
ini merupakan tahap organogenesisi atau pembentukan organ. Contoh
obat-obatan tersebut adalah ganja, morfin, heroin, pethidin, jenis barbiturate, alkohol, dan lain-lain akan
menimbulkan gangguan pada ibu dan janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik,
kelahiran premaatur dan BBLR, serta
cacat mental dan sosial. Ibu hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat, merasa gehsah,
bingung dan takut terhadap akibat yang akan dialami oleh bayinya dengan
minum obat-obatan tersebut.
e.
Sinar rontgen atau radiasi
Pengaruh
sinar rontgen atau radiasi terhadap kehamilan terutama adalah pada trimester I
(umur 4 sampai 9 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir). Pada kehamilan
trimester I merupakan tahap dasar pembentukan organ termasuk organ vital otak,
sumsum tulang belakang, jantung, ginjal dan pernafasan, sehingga paparan sinar
X-ray pada umur kehamilan ini akan menimbulkan resiko kecacatan janin,
malformasi janin, retardasi mental pada janin, abortus dan persalinan
prematurus. Efek radiasi terhadap janin tergantung dari umur kehamilan berapa
saat paparan radiasi berlangsung dan seberapa besar jumlah radiasi yang
diterima.
Kehamilan
tidak diinginkan biasanya dialami oleh para remaja yang dikarenakan seks pra
nikah atau seks bebas. Meskipun tidak menutup kemungkinan
bahwa kehamilan tidak diinginkan juga dapat terjadi pada ibu dengan
status marital atau pasangan sumi isteri yang sudah menikah Yang sedang tidak merencanakan
kehamilan, hal ini biasanya dikarenakan karena
kegagalan alat kontrasepsi. Kedua hal tersebut sama-sama memberi dampak
psikologis pada ibu hamil.
Reaksi
wanita yang mengalami hamil diluar nikah:
a. Melarikan
diri dari tanggung jawab, melakukan abortus, membuang anaknya, menitipkan anak
ke orang lain atau panti asuhan
b. Berusaha
melakukan aborsi dan bunuh diri
c. Melakukan
pekerjaan sebagai seorang ibu walau dengan keterpaksaan
Pada
kehamilan diluar nikah dan kehamilan tidak diinginkan bila kehamilan
dipertahankan kemungkinan orang tuanya akan menjadi single parents, bila
pasangan tidak mau menikahinya. Kalau terjadi pernikahan bisa terjadi
perkawinan bermasalah dengan beban perasaan tidak nyaman, stress, dihantui rasa
malu, rendah diri, merasa bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis
dan lain-lain.
6.
Kehamilan dengan kematian
janin dalam kandungan (IUFD)
Ibu hamil
dengan janin man dalam kandungan akan mengalami proses kehilangan karena sudah
ada proses dekat dengan bayinya. Pada proses kehilangan ibu akan menunjukkan
reaksi emosional tertentu seperti:
a.
Shock
dan menyangkal serta tidak percaya
b.
Marsh
dan bargaining atau tawar menawar
c.
Disorientasi
dan depresi
d.
Reorganisasi
dan penerimaan diri, mulai menerima kenyataan bahwa janinnya meniggal.
B.
FAKTOR
PSIKOLOGIS/ KELAINAN JIWA DALAM KEHAMILAN
Status emosional dan psikologis ibu
turut menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh
kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai proses
fisiologis menjadi kehamilan patologis.
Peristiwa kehamilan adalah peristiwa
fisiologis, namun proses alami tersebut dapat mengalami penyimpangan sampai
berubah menjadi patologis.
Ada dua macam stressor, yaitu:
1.
Stessor
internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak
percaya diri, perubahan penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap
ibu terhadap kehamilan, takut terhadap kehamilan persalinan, kehilangan
pekerjaan.
2.
Stressor
eksternal: status marital, maladaptasi, relationship, kasih sayang, support
mental, broken home.
Pada peristiwa kehamilan merupakan
suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologi, tetapi
juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola
berfikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Latar belakang munculnya gangguan
psikologik atau kejiwaan adalah berbagai ketidakmatangan dalam perkembangan
emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Kadang-kadang
muncul penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Kelainan jiwa dapat menjadi
berat dalam kehamilan. Ada beberapa keadaan spesifik dalam kehamilan yang
mungkin juga menimbulkan kelainan jiwa atau gangguan psikologis misalnya
hyperemesis gravidarum, abortus, pre eklampsia/eklampsia. Pada kasus psikologis
atau kelainan jiwa yang berat perlu support atau dorongan dan dukungan dari signficant others (orang terdekat) dalam
keluarga.
Ø Support
keluarga
Ibu merupakan
salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh, sehingga perubahan apapun
yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keluarga. Kehamilan merupakan krisis
bagi kehidupan keluarga dan diikuti oleh stress dan kecemasan. Kehamilan dapat
dikatakan sebagai maturasi dan suatu kejadian yang biasa dalam tumbuh kembang
keluarga.
Kehamilan
melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja
bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan
hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam
keluarga, maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan
menginterpretasikannya berdasarkan kebutuhan masing-masing.
Hubungan antara
wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan dan
menjadi ibu. Keberadaan ibu disamping anak perempuannya selama masa kanak-kanak
seringkali berarti ibu juga akan hadir dan mendukung selama anaknya hamil.
Reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya menandakan penerimaannya terhadap cucu
dan anak perempuannya dan ini sangat membantu ibu dalam menghadapi kehamilannya
dengan lebih tenang.
Selama krisis
keluarga dan individu dalam keadaan tidak seimbang dan tidak dapat dipecahkan
akan mengakibatkan tingkah laku maladaptif dalam anggota keluarga dan
kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga. Anggota keluarga yang
mampu memecahkan krisis, maturasi dengan sukses akan kembali kepada tugas/
fungsi yang maksimal dan ini merupakan kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan
hubungan baik.
Pemecahan
masalah dipengaruhi oleh individu dan keluarga yaitu;
1)
Bagaimana
organisasi keluarga itu
2)
Pengalaman
yang lalu menghadapi krisis
3)
Cara-cara
mempergunakan pola pemecahan masalah
4)
Kemampuan
dan adanya sumber-sumber
Tugas keluarga
yang saling melengkapi dan dapat menghindari konflik adalah dengan cara
pasangan merencanakan untuk kedatangan anaknya, mencari informasi bagaimana
menjadi ibu dan ayah, suami mempersiapkan peran sebagai ibu rumah tangga.
Agar kehamilan
dapat berjalan lancar dan ibu dapat mengadakan hubungan yang sehat dengan
bayinya, maka reaksi ibu terhadap kehamilan seharusnya:
1)
Menerima
kehamilan
2)
Menghilangkan
rasa takut terhadap persalinan
3) Menerima
peran ibu
4) Menciptakan
ikatan antara ibu dan bayinya.
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dan pasangan merupakan
faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini.
DAFTAR RUJUKAN
Army.
2006. Dasar-dasar Ilmu Kebidanan. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Bobak. 2004. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta .
Cunningham,
F.G, dkk. 2006. Obstetri Williams.
Edisi 21 Bahasa Indonesia. EGC. Jakarta.
Fraser, Diane M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan . Edisi 14 EGC.
Jakarta.
Kusmiyati, yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil . Yogyakarta: Fitra
Maya.
WHO.
2003. Buku Saku Manajemen Komplikasi
Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba,
Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Pusdiknakes-WHO. 2003. Asuhan Antepartum.
Saifuddin, Abdul Bari. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Varney, Helen. 2007. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Langganan:
Postingan (Atom)