Minggu, 13 April 2014

Rabu, 26 Februari 2014

24 Standar Pelayanan Kebidanan

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) merupakan acuan seorang Bidan dalam memberikan pelayanannya kepada klien.
Selamat membaca semoga memberi manfaat khususnya bagi para Bidan. 


STANDAR I : Falsafah dan Tujuan
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya memiliki visi, misi dan filososfi, serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas pelayanan efektif dan efisien.
  1. Pada pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, dan filosofi pelayanan kebidanan yang mengacu pada visi, misi dan filosodi masing-masing.
  2. Tediri atas setruktur organisasi yang menggambarkan garis komando, fungsi dan tanggung jawab serta kewenangan dalam pelayanan kebidanan dan hubungan dengan unit lain dan disahkan oleh pemimpin.
  3. Mempunyai uraian tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang disahkan oleh pemimpin.
  4. Mempunyai bukti tertulis adanya tenaga yang menduduki jabatan pada organisasi yang disahkan oleh pemimpin
STANDAR II : Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya mamiliki pedoman standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan terjadinya praktik pelayanan kebidanan akurat.
  1. Mempunyai pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan ekanisme kerja diunit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pemompin
  2. Mempunyai standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat, standar ruangan, standar ketenanga yang telah disahkan oleh pemimpin.
  3. Mempunyai prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan/tindakan kebidanan yang telah disahkan oleh pemimpin
  4. Mempunyai rencana / program kerja disetiap pnstitusi pengelolaan yang mengacu ke institusi induk.
  5. Mempunyai bukti tertulis terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
  6. Mempunyai naskah kerja sama, progaram praktik dari institusi yang menggunakan latihan praktik, program, pengajaran klinik, dan penilaian klinik. Ada bukti administrasi yang meliputi buku regristrasi.
STANDAR III : Staf dan Pimpinan
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya mempunyai program pengelolaan sumber daya menusia (SDM) agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
  1. Mempunyai program kebutuhan SDM sesuai dengan keutuhan
  2. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
  3. Mempunyai jadwaal dinas yang menggambarkan kemampuan tiap-tiap per – unit yang menduduki tanggung jawab dan kemmapuan yang dimiliki oleh bidan.
  4. Mempunyai seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan kualifikasi minimalselaku kepala ruangan jika kepala ruangan berhalangan bertugas.
  5. Mempunyai data personil yang bertugas di ruangan tersebut.
STANDAR IV : Fasilitas dan Peralatan
Tersedia sarana dan persyaratan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan tugasnya dan fungsi institusi pelyanan.
  1. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan ada mekanisme keterlibatan bidan dalam perencanaan dan pengembangan sarana dan prasarana.
  2. Ada bukti inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang
  3. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu
  4. Ada prosedur permintaan dan penghapusan barang.
STANDAR V : Kebijaksanaan dan Prosedur
Pengelolaan pelyanan kebidanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan pegawai menuju pelayanan yang berkualitas.
  1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang disahkan oleh pemimpin
  2. Mempunyai prosedur personalia : penerimaan pegawai konytak kerja, hak dan kewaiban personalia
  3. Mempunyai personalia pengajuan cuti pegawai, istirahat, sakit dan lain-lain.
  4. Mempunyai prosedur pembinaan pegawai.
STANDAR VI : Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Pelayanan kebidanan dalam pengelolaannya memiliki program pengembangan staf dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
  1. Ada program ppembinaan staf dan program pendidikan secara berkesinambungan
  2. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan / pegawai baru dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan
  3. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan.
STANDAR VII : Standar Asuhan
Pengelola pelyanan kebidanan memiliki standar asuhan / menejemen kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberi pelyanan kebidanan kepada pasien.
  1. Ada standar menejemen kebidanan (SMK) sebagai pedoman dalam memberi pelayanan kebidanan.
  2. Ada format menejemen kebidanan yang terdaftar pada catatan medik
  3. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
  4. Ada dianosa kebidanan.
  5. Ada rencana asuhan kebidanan.
  6. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
  7. Ada evaluasi dalam memberi asuhan kebidanan
  8. Ada dokumentasi untuk kegiatan menejemen kebidanan.
STANDAR VIII : Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksaan evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara berkesinambungan
  1. Ada program atau rencana tertulis penungkatan mutu pelayanan kebidanan.
  2. Ada program atau rencana tertulis untuk  melakukan penilaian terhadap standar asuhan kebidanan.
  3. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan/ pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan
  4. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana tindak lanjut
  5. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secar teratur kepada semua staf pelayanan kebidanan.
II.              RUANG LINGKUP  STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar – yaitu :
  1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
  2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
  3. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
  4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
  5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)



24 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

A. STANDAR PELAYANAN UMUM

Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

• Tujuan:
Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

• Pernyataan standar
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

• Hasil dari pernyataan standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat
Ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.

• Persyaratan
1. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sector terkait sesuai dengan kebutuhan

2. Bidan didik dan terlatih dalam:
2.1 Penyuluhan kesehatan.
2.2 Komunikasi dan keterampilan konseling dasar.
2.3 Siklus menstruasi, perkembangan kehamilan, metode kontrasepsi,gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan kesehatan diri, kesehatan/ kematangan seksual dan tanda bahaya pada kehamilan.

3. tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang hal-hal tersebut di atas.
Penyuluhan kesehatan ini akan efektif bila pesannya jelas dan tidak membingungkan.

Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

• Tujuannya:
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

• Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian peayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan gtersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.

• Hasil dari pernyataan ini:
Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelsysnsn kebidanan.

• Prasyaratan :
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu dan bayi
2. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
3. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan setempat.
4. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas.
6. Pemetaan ibu hamil.
7. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

• Hal yang harus diingat pada standar ini:
Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari hasil kerjanya.
Pencatatn dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaanü pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.ü Pencatatn dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan paraf

B. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

• Tujuannya :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memerikasakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

• Hasil dari identifikasi ini :
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilanü secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

• Persyaratannya antara lain :
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.

• Prosesnya antara lain :
Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.

Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal

• Tujuaanya :
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

• Pernyataan standar :
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelsinan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

• Hasilnya antara lain :
Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan.
Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.

• Persyaratannya antara lain :
Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatanhasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )

• Prosesnya antara lain :
Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.

Standar 5 : Palpasi Abdominal

• Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.

• Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

• Hasilnya :
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.
Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan.
Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan

• Persyaratannya :
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan.
Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal.

Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

• Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

• Pernyataan standar :
Ada pedoman pengolaan anemia pada kehamilan.
Bidan mampu :
Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik.
Tersedia tablet zat besi dan asam folat.
Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
Obat cacingü
Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu.

• Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

• Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.

• Pernyataan standar:
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

• Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.ü
Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi.ü

• Persyaratannya :
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu :
Mengukur tekanan darah dengan benar
Mengenali tanda-tanda preeklmpsia
Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.

Standar 8 : Persiapan Persalinan

• Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.

• Prasyarat:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk mel;akukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di poerlukan untuk melakukan pertolongan poersalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepatjika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan.

C. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN

Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

• Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.

• pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

• Hasilnya:
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia diperlukan.
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

Standar 10 : Persalinan Kala Dua yang Aman

• Tujuan :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

• Pernyataan standar:
Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendekt dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

• Persyaratan:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril
4. Perlengkapan alat yang cukup.

Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

• Tujuan :
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta
• Pernyataan standar:
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

Standar 12: Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy

• Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

• Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

D. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS

Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

• Tujuan : menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan in feksi

• Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.

Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

• Tujuan : mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi,memulai pemberian IMD

• Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan.

Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

• Tujuan : memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif

• Pernyataan standar:
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

E. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

Standar 16: penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III

• Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3 kehamilan

• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Standar 17: penanganan kegawatan dan eklampsia

• Tujuan : mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi

• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18: penanganan kegawatan pada partus lama

• Tujuan : mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada partus lama/macet.

• Pernyataan standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor

• Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor.

• Pernyataan standar:
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.

Standar 20: penanganan retensio plasenta

• Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total / persial.

• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

Standar 21: penanganan perdarahan postpartum primer

• Tujuan : mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri.

• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.

Standar 22: penanganan perdarahan post partum sekunder

• Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.

Standar 23: penanganan sepsis puerperalis

• Tujuan : mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.

• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.

Standar 24: penanganan asfiksia neonaturum

• Tujuan : mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.

• Pernyataan standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

Rabu, 19 Februari 2014

FERTILISASI

Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid, yaitu sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk membentuk zigot haploid. Tempat terjadinya fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar Oviduct (Fertilisasi In vitro). 



  














Sumber: image.tutorvista.com

Ovulasi  

Sebelum membahas Ovulasi. Mari luruskan dulu persepsi mengenai Ovum dan Oosit.
Ovulasi adalah proses lepasnya Oosit (bukan Ovum). Oosit masih berada di tahap Oosit sekunder.  Jadi, belum berupa ovum matang. Lalu kapan Oosit menjadi Ovum?
Ingat-ingat lagi postingan sebelumnya, Oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu sel lagi berukuran lebih kecil disebut badan kutub sekunder. Ootid ini akan bermetamorfosis menjadi Ovum. Namun, untuk membuat Oosit sekunder menjadi Ootid perlu dirangsang oleh keberadaan sperma. Jika tidak ada sperma maka Oosit ini tidak ada yang membuahi, sehingga akan ikut luruh bersama dinding rahim saat menstruasi.
Ketika sperma Jika pada sel terdapat 2 inti sel (pronukleus) dari Sperma dan Oosit yang belum melebur, juga terdapat 2 badan polar maka saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi Ovum yang matang.
Sekarang, kembali ke Ovulasi. Keluarnya Oosit disebabkan oleh Luteinizing Hormone (LH) yang disekresikan oleh hipofisis. Hipofisis terangsang oleh estrogen yang diproduksi sel-sel folikel. Saat menjelang ovulasi, Meiosis I selesai, Oosit sekunder dan badan polar pertama melanjutkan pembelahan dengan melakukan Meiosis II dan berhenti pada Metafase II. Selanjutnya, oosit sekunder dilepas dari ovarium dan ditangkap oleh Fimbriae dan dibawa ke oviduk.



Video Ovulasi


A.    STRUKTUR OOSIT






Oosit yang baru keluar dari Ovarium memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1.      Cumulus  Oophorus adalah tumpukan sel-sel granulosa yang menyelubungi dan menunjang oosit, nantinya sel-sel granulosa ini akan berubah menjadi mantel terluar yang paling tebal yang disebut Korona Radiata.
2.      Zona pellusida adalah lapisan pelindung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Dapat juga mencegah terjadinya polyspermi (lebih dari 1 sperma yang masuk)

                          Sumber: medical-dictionary.thefreedictionary.com


Tahapan Proses Fertilisasi

  1. Begitu lepas dari Ovarium, Oosit akan melengkapi Meiosis 1 dan memulai Meiosis 2 (berhenti di Metafase II) sambil bergerak menuju Oviduct dengan bantuan epitel bersilia.
  2. Setelah sperma diejakulasi, sperma bergerak dari serviks (leher rahim), uterus, hingga tiba di oviduct/tuba fallopi. Dibutuhkan waktu 14-72 jam bagi sperma untuk membuahi Oosit.
  3. Kapasitasi Spermatozoa di Oviduct adalah masa penyesuaian dalam saluran reproduksi wanita di mana terjadi pelepasan selubung glikoprotein dan protein­-protein plasma semen yang membungkus akrosom yang berlangsung kira­-kira 7 jam pada manusia, selain itu Spermatozoa diberi nutrisi dan ATP oleh jaringan Oviduct.
4.      Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder menghasilkan enzim dan senyawa tertentu sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma terjadi Reaksi Akrosom, yaitu pelepasan enzim-enzim yang dapat menembus dinding Oosit, diantaranya:
a.    Hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan senyawa hilarunoid yang terdapat pada lapisan korona radiata.
b.      Akrosin, protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
c.   Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Selain sperma, oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu. Senyawa tersebut adalah fertilizin, yang tersusun atas glikoprotein yang berfungsi:
a.         Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b.         Menarik sperma secara kemostaksis positif.
c.         Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
  1. Fusi membran Oosit dan membran Sperma sehingga terjadi Reaksi Granula Korteks Oosit untuk mencegah lebih dari 1 spema yang masuk (anti polispermia) dengan cara
a.         Perubahan tegangan listrik membran Oosit dari 20 μV menjadi 60 μV.
b.         Terbentuk membran fertilisasi.
6.    Melengkapi Meiosis.
7.      Fusi pronukleus jantan & betina.

KEHAMILAN

fecunda2
Gambar 1. Fertilisasi
ANIMASI
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopi. Hasil fertilisasi disebut zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula. Kemudian morula berubah bentuk menjadi blastosit yaitu bola padat yang membentuk suatu rongga yang diisi oleh cairan yang dikelurkan oleh tuba fallopi. Rongga ini disebut blastosoel. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
embryo-morula
Gambar 2. Morula
blastocyst1
Gambar 3. Blastosit
Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
viajemb
Gambar 4. Perkembangan zigot
Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan selanjutnya yaitu menjadi gastrula dan neurula. Selanjutnya zigot ini akan berkembang menjadi embrio.
32x1
Gambar 5. Gastrula
neurula1
Gambar 5. Neurula

Jika kehamilan terjadi di luar rahim maka kehamilan tersebut disebut kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan).
1.  Pembuatan Lapisan Lembaga
Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus primitif dan kemudian terbentuk pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.
2.  Membran (Lapisan Embrio)
Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
a.  Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya terdapat sedikit dan tidak berguna.
b.  Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung. Kantung amnion menghasilkan ciran amnion/air ketuban. Cairan amnion berfungsi melindungi janin dari tekanan atau benturan.
c.  Alantois
Alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tali pusat/tali ari-ari. Alantois mengandung pembuluh darah.
d.  Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk plasenta. Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.
Janin Fetus
Gambar 6. Janin dan membran embrioniknya

3.  Plasenta
Plasenta berbentuk seperti cakram dengan garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir, tetapi pada waktu hari ke 28 setelah fertilisasi plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas, makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin. Plasenta akan dilepaskan oleh rahim dan dikeluarkan segera setelah bayi dilahirkan.
Catatan : Makin tua kandungan, jumlah estrogen di dalam darah makin banyak, progesteron makin sedikit. Hal ini berhubungan dengan sifat estrogen yang merangsang uterus untuk berkontraksi, sedangkan progesteron mencegah kontraksi uterus. Hormon oksitosin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis juga berperan dalam merangsang kontraksi uterus menjelang persalinan. Progesteron dan estrogen juga merangsang pertumbuhan kelenjar air susu, tetapi setelah kelahiran hormon prolaktin yang dihasilkan kelenjar hipofisislah yang merangsang produksi air susu.

Pada fase kehamilan , hormon-hormon yang berperan adalah:
  • Progesteron dan Estrogen
Hingga kehamilan bulan ke 3-4 hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Secara berangsur-angsur fungsi korpus luteum diganti oleh plasenta.
  • Prolaktin
Yakni hormon yang merangsang kerja kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin. Hormon ini diproduksi oleh plasenta.

REPRODUKSI WANITA

a). Alat kelamin dalam
Organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang terdiri dari:
  • Ovarium
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin betina pada hewan dan manusia. Pada makhluk vertebrata termasuk manusia, mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon.
Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Di dalam proses ini sel telur akan disertai dengan suatu kelompok sel yang disebut sel folikel. Pada manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium menjadi oosit terjadi pada embrio dalam kandungan dan oosit tidak akan berkembang menjadi ovum sampai dimulainya masa pubertas. Pada masa pubertas, ovum yang sudah matang akan dilepaskan dari sel folikel dan dikeluarkan dari ovarium. Proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi. Sel ovum siap untuk dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apabila berhasil bergabung akan membentuk zigot.
Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal kepada kelenjar hipotalamus dan pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak pelan menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma (di tuba fallopi), sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan ektopik, di mana kehamilan tidak terjadi di rahim. Perkembangan janin pada kehamilan ektopik, dapat terjadi di tuba fallopi sendiri, bibir rahim, bahkan ovarium.

ovarian_cycle1Gambar 1. Siklus ovarium

ANIMASI REPRODUKSI

Animasi Perkembangan Folikel Telur





  • Saluran telur / tuba fallopi / oviduct
Tuba Fallopi atau Tabung Fallopi, yang dikenal juga sebagai oviduk atau buluh rahim, adalah dua buah saluran yang sangat halus yang menghubungkan ovarium mamalia betina dengan rahim. Saluran/tuba ini dinamakan berdasarkan penemunya, ahli anatomi Italia, Gabriele Falloppio.
Tuba fallopi membentang sepanjang 5-7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium. Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnye ketika dilepaskan dari ovarium.
  • Rahim / uterus
Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah serviks, membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang dianggap badan rahim. Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada tempatnya oleh beberapa ligamen. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan itu yang paling dalam disebut endometrium. Pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu-waktu tertentu yang, jika tak ada kehamilan terjadi, dilepaskan atau menyerap kembali.
Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan oleh menstruasi. Fungsi rahim adalah:
  1. tempat terjadinya menstruasi
  2. tempat dimana ovum yang telah dibuahi tertanam (implantasi) dan berkembang menjadi janin
  3. mengeluarkan janin selama persalinan
  • Vagina
Vagina (dari bahasa Latin yang makna literalnya “pelindung” atau “selongsong”) adalah saluran berbentuk tabung yang menghubungkan uterus ke bagian luar tubuh. Vagina merupakan alat reproduksi pada mamalia betina, seperti halnya penis pada mamalia jantan.
Vagina menghasilkan berbagai macam sekresi seperti keringat, sebum, dan sekresi dari kelenjar Bartholin dan Skene pada vulva, cairan endometrial, dan oviductal (yang berubah sesuai dengan siklus haid), cervical mucus, sel exfoliated. Sekresi pada dinding vagina itu dapat meningkatkan gairah seksual.
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat. pH vagina normal yaitu 3-3,5.
240px-scheme_female_reproductive_system-en
Gambar 2. Letak organ reproduksi wanita
organ-reproduksi-betina
Gambar 3. Organ reproduksi wanita
b). Alat kelamin luar
Organ kelamin luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.
  • Vulva
Vulva dibatasi oleh labium mayor. Vulva sama dengan skrotum pada pria.
  • Labium
Labium yaitu bibir yang membatasi vulva, terdapat sepasang bibir besar di sebelah luar (labium mayor) dan sepasang bibir kecil di sebelah dalam (labium minor). Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (penghasil minyak). Setelah puber, labium mayor akan ditumbuhi rambut. Labium minor terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor dan mengelilingi lubang vagina dan uretra.
  • Klitoris
Labium minora kiri dan kanan bertemu di depan dan membentuk klitoris, yang merupakan penonjolan kecil yang sangat peka (sama dengan penis pada pria). Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut preputium (sama dengan kulit depan pada ujung penis pria). Klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi. Labium mayor kiri dan kanan bertemu di bagian belakang membentuk perineum, yang merupakan suatu jaringan fibromuskuler diantara vagina dan anus. Kulit yang membungkus perineum dan labium mayor sama dengan kulit di bagian tubuh lainnya, yaitu tebal dan kering dan bisa membentuk sisik. Sedangkan selaput pada labium minor dan vagina merupakan selaput lendir, lapisan dalamnya memiliki struktur yang sama dengan kulit, tetapi permukaannya tetap lembab karena adanya cairan yang berasal dari pembuluh darah pada lapisan yang lebih dalam. Karena kaya akan pembuluh darah, maka labium minora dan vagina tampak berwarna pink.
  • Lubang vagina
Lubang pada vagina disebut introitus dan daerah berbentuk separuh bulan di belakang introitus disebut forset. Jika ada rangsangan, dari saluran kecil di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar bartolin. Uretra terletak di depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih.
Lubang vagina dikeliling oleh himen (selaput dara). Kekuatan himen pada setiap wanita bervariasi, karena itu pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual, himen bisa robek atau bisa juga tidak.

untitled-11
Gambar 4. Anatomi sistem reproduksi wanita

ANIMASI ALAT REPRODUKSI:

Reproduksi Wanita

Organ Reproduksi Wanita


  • Kelenjar payudara
Kelenjar ini terletak diantara iga ke-2 sampai dengan iga ke-6. Kelenjar ini terdiri atas 15-20 lobus yang dipisah-pisahkan oleh jaringan lemak. Setiap lobus dibagi lagi oleh jaringan ikat menjadi lobulus-lobulus. Pada setiap lobulus terdapat kumpulan kelenjar-kelenjar keringat yang disebut alveoli. Saluran-saluran kelenjar payudara pada satu lobus berkumpul menjadi duktus mamilaris. Dekat puting susu saluran ini melebar menjadi ampulla yang berfungsi sebagai tempat penampungan air susu.
Kulit sekitar puting susu berwarna kehitaman dan kasar disebut areola. Hitamnya areola karena adanya pigmen melanin dan kasarnya karena terdapat muara-muara kelenjar keringat.
Fungsi utama dari payudara adalah memproduksi dan mengeluarkan air susu ibu dari mamae. Kedua proses diatas disebut laktasi. Sekresi air susu ibu oleh alveoli dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang berasal dari adenohipofisis.

2673135554_4a0618d174

Gambar 5. Kelenjar payudara
Pada akhir kehamilan dan hari-hari pertama setelah persalinan, payudara menghasilkan suatu cairan keruh keputih-putihan yang disebut colostrum. Colostrum kurang mengandung lemak dan laktosa, tetapi mengandung banyak antibodi yang diduga dapat membantu pertahanan tubuh si bayi terhadap penyakit-penyakit infeksi pencernaan makanan dan saluran pernapasan.

SIKLUS MENSTRUASI

 
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

hormones1
Gambar 1. Siklus Menstruasi


Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
fisio1
Gambar 2. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin
fisio2Gambar 3. Siklus Hormonal

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Daur Menstruasi
untitled-12

Masa Subur
Masa subur adalah masa dimana akan terjadi kehamilan pada saat fertilisasi. Pada masa itulah, sel telur yang dihasilkan berada dalam keadaan siap untuk dibuahi.
untitled-21
Animasi
Siklus Menstruasi

Senin, 03 Februari 2014

Program Kreatifitas Mahasiswa Karya Tulis (PKMKT) tahun 2014

Program Kreatifitas Mahasiswa Karya Tulis

Bagi teman-teman Dosen yang gemar dengan karya bimbingannya tidak hanya tertuang pada bimbingan Tugas Akhir (TA) saja, tapi DIKTI memfasilitasi kita dalam PKM-KT ini. Mari berlomba-lomba untuk menampilkan kreatifitas dan pemikiran kita bersama mahasiswa binaan masing-masing. Pemberkasan bisa dilakukan mulai tanggal 01 Pebruari sampai dengan 31 Maret 2014.

smoga kita bisa menampilkan PT kita dalam pengumuman DIKTI besuk ....Semangat

http://img.dikti.go.id/wp-content/uploads/2014/01/srt_pengajuan_usul_pkmkt_2014.pdf

http://img.dikti.go.id/wp-content/uploads/2014/01/Panduan-PKM-Tahun-2013.pdf



Jumat, 31 Januari 2014

Faktor Fisik dan Psikologis Yang Mempengaruhi Kehamilan


A.    FAKTOR FISIK
1.    Status Kesehatan/ Penyakit
Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil:
a.    Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Hyeperemesis gravidarum, preeklampsial eklampsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan anterpartum, gemelli.
b.    Penyakit atau kelaianan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan. Terdapat hubungan timbale balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang termasuk dalam kategori ini adalah:
1)    Penyakit atau kelainan alat kandungan; varises vulva, kelainan bawaan, edema vulva, hematoma vulva, perdangan, Gonorea, Trikomononas vaginalis, kandidiasis, amoebasis, DM, bartholinitis, kista bartholini, kondilomata akuminata, fistula bagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, Prolapsus uteri, Tumor uteri, mioma uteri, Karsinoma servik, Karsinoma korpus uteri, dan lain-lain.
2)    Penyakit kardiovaskuler misalnya penyakit jantung, hipertensi, stenosis aorta, mitral isufisiensi, jantung rematik, endokarditis.
3)    Penyakit darah missal anemia dalam kehamilan, leukemia, penyakit Hodgkin, hemostasis dan kelainan pembekuan darah, purpura trombositopeni, hipofbrinogenemia, iso-imunisiasieri-troblastosis fetalis.
4)    Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia, asma bronkiale, TB paru.
5)    Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus, karies, gingivitis, pirosis, hernia diafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendiksitis, colitis, megakolom, tumor usus, hemorrhoid, dan lain-lain.
6)    Penyakit hepar dan pankreas, misalnya hepatitis, ruptur hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi hepar, penyakit pankreas, dan lain-lain.
7)    Penyakit ginjal dan saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih, bakteriuria, sistisis, pielonefritis, glomerulonefritis, sindroma nefrotik, batu ginjal, gagal ginjal, TBC ginjal, dan lain-lain.
8)    Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan kelenjar gondok dan anak ginjal, kelainan hipofisis, epilepsia, perdarahan intrakarnial, tumor otak, poliomileitis, sklerosis multipleks, miastenia gravis, otosklerosis, dan lain-lain.
9)    Penyakit menular misalnya IMS (penyakit akibat hubungan seksual), AIDS, Kondilomata akuminata, thypus, kolera, tetanus, erysipelas, difteri, lepra, TORCH, morbili, campak, parotitis,variola, malaria, dan lain-lain.
Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi abortus, intra uterin fetal death (IUFD), anemia berat, infeksi transplasental, partus prematurus, dismaturitas, asfiksia neonatorum, shock, perdarahan. Pemahaman mengenai konsep penyakit-penyakit tersebut akan menjadi dsar dalam indentifikasi faktor resiko sehingga mampu melakukan deteksi.
2.    Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk persalinan.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :       
a.    Asam folat.
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga berguna untuk membantu produksi  sel darah merah, sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta. Pemberian multivitamin saja tidak terbukti efektif untuk mencegah kelainan neural. Minimal pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah 5 mikrogram atau 0,5-0,8 mg, sedangkan untuk kelompok deng faktor resiko adalah 4 mg/hari.
b.    Energi
Diit pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang energi dan juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
c.    Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
d.    Zat besi (Fe)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah atau hydraemia (peningkatan sel darah merah 20-30% sedangkan peningkatan plasma darah 50%). Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena mengandung tanin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi.
e.    Kalsium.
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan Kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.
f.     Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan di negara dengan musim dingin yang panjang.
g.    Pemberian Yodium pada daerah dengan endemik kretinisme
h.    Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, Magnesium, dan minyak ikan selama hamil.
Tabel Kecukupan Gizi Wanita Hamil Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 1993
Zat Gizi
Kebutuhan penambahan untuk wanita hamil (dari kebutuhan wanita dewasa)
Contoh jenis makanan
Energi
285 k kal
Nasi, roti, mie, ubi, jagung, tepung, dll
Protein
12 gram
Daging, ikan telur, ayam, kacang-kacangan, tahu, tempe
Vitamin A
200 RE/u.i
Kuning telur, hati, sayuran dan buah hijau dan kuning, kemerahan
Kalsium
500 mg
Susu, ikan teri, sayuran hijau, kacang-kacangan kering
Vitamin B1
0,2 mg
Biji-bijan, padi-padian, kacang-kacangan, daging
Vitamin B2
0,2 mg
hati, telur, sayuran, kacang
Niasin
1 mg
Hati, daging, ikan biji-bijian, kacang-kacangan
Vitamin C
10 mg
Sayur-sayuran, buah-buahan
 Zat besi
30 mg
Daging, hati, sayuran hijau, bayam, kangkung, daun papaya, daun katuk
Pada wanita hamil dengan gizi buruk perlu mendapat gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu atau kualitasnya serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Akibat malnutrisi pada kehamilan yaitu berat otak dan bagian-bagian otak serta jumlah sel otak kurang dari normal. Setelah lahir akan menjadi Inteligensia (IQ) dibawah rata-rata. Karena adanya malnutrisi pada ibu hamil, volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang, ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient melalui plasenta berkurang sehingga janin tumbuh lambat atau terganggu (IUGR). Ibu hamil dengan kekurangan gizi cenderung melahirkan prematur atau BBLR. Rata-rata kenaikan berat badan selama hamil adalah 10-20 ke atau 20% dari berta badan idela sebelum hamil. Proporsi kenaikan berat badan hamil adalah sebagai berikut :
a.    Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang 1 kg. Kenaikan berat badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.
b.    Kenaikan berat badan trimester 11 adalah 3 kg atau 0,3 kg/ Sebesar 60& kenaikan berat badan ini dikarenakan perturn jaringan pada ibu.
c.     Kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,3-0,5 minggu. Sekitar 60 % kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin. Timbunan lemak pada ibu lebih kurang 3 kg.
Gizi sangat berpengaruh pada tumbuh kembang otak otak yang pesat terjadi 2 fase. Fase pertama pada usia kehamilan 15-20 minggu dan fase kedua, adalah 30 minggu sampai 18 bulan setelah lahir (perinatal). Pada umur 0-1 tahun terjadi pertumbuhan otak 25% dari saat hamil. Pada usia 2 tahun pertumbuhan otak kurang dari 10%. Berat otak pada saat lahir 25% otak dewasa, pada umur 6 bulan 50%, pada saat umur 2 tahun 75% otak dewasa, pada saat 5 tahun 90% otak dewasa dan pada umur 10 tahun 95% otak dewasa. Pengaturan komposisi makanan terdiri dari protein 10-15%, lemak 20% dan karbohidrat 60-70%.
Dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a.    Metabolisme umum, terjadi peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori meningkat. Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama mengalarni peningkatan dan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu terakhir. Karena adanya peningkatan growth hormon sehingga penggunaan protein meningkat. Terjadi peningkatan Parathyroid hormon sehingga metabolisme Kalsium meningkat.
b.    Fungsi alat pencernaan, terjadi perubahan hormonal, peningkatan HCG, hormon estrogen dan progesteron menimbulkan berbagai perubahan. Misalnya perubahan pola makan diakibatkan keluhan mual muntah, adanya morning sickness, keluhan anoreksia. Juga muncul perubahan motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, terjadi peningkatan absorpsi nutrien, glukosa dan zat besi, dan terjadi perubahan motilitas uses hingga kadang timbal obstipasi.
c.    Fungsi ginjal, terjadi peningkatan Glomurelo Filtration rate (GFR) 50%, sehingga banyak cairan yang diekskresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan diekskresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
d.    Volume darah atau plasma darah rata-rata meningkat hingga 50%, dan jumlah erytrosit meningkat 20-30% sehingga terjadi hemodilusi dan konsentrasi Hemoglobin menurun.
Penilaian status gizi ibu hamil adalah dari :
a.    Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass index (Indek Masa Tubuh = IMT). Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
b.    Ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Standar minimal untuk ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah Kurang Energl. Kronis (KEK).
c.    Kadar Hemoglobin (HB)
3.   Gaya Hidup
a.    Kebiasaan minum jamu. Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum , kematian janin dalam kandungan dan malformasi organ janin. Hal ini terjadi terutama apabila minum jamu pada trimester I. Selain efek pada janin juga terdapat kemungkinan efek pada ibu hamil, misalnya keracunan, kerusakan jantung dan ginjal, shock, dan perdarahan. Efek tersebut dapat terjadi dikarenakan kandungan zat-zat tertentu pada jamu baik berupa bahan herbal maupun bahan lain yang mungkin tidak aman bagi ibu. Karena kenyataan yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa tidak semua jamu yang beredar di pasaran Indonesia mencantumkan bahan atau komposisi jamu, termasuk tidak mencantumkan hasil riser evidence mengenai zat­-zat yang digunakan untuk membuat jamu, bahkan kadang ada yang mencampur jamu, dengan jenis obat tertentu yang membahayakan kehamilan. Menurut standar konsep pengobatan tradisional sebenarnya diperbolehkan dan dibenarkan dengan persyaratan bahwa zat-zat atau bahan yang dipergunakan dalam pengobatan tradisional tersebut sudah terbukti efektif dan bermanfaat dan tidak membahayakan kehamilan.
b.    Mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu. Perlu dikaji ada beberapa mitos tertentu yang membahayakan kehamilan dan ada mendukung terhadap pemeliharaan kesehatan selama hamil. Mengenai mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat istiadat tertentu. Contoh ada mitoni, tidak boleh makan-makanan yang berbau amis, tidak boleh mempersiapkan keperluan untuk persalinan  dan bayi, minum air kelapa muda, tidak boleh memotong rambut, tidak boleh berkata kotor dsb. Mitos yang mendukung asuhan tentunya diperbolehkan sedangkan yang membahayakan dalam asuhan kehamilan semestinya kita cegah dengan memberikan konseling dan pendidikan kesehatan yang tepat pada ibu hamil.
c.    Aktivitas Seksual
Nasehat atau pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan aktivitas seksual ibu selama hamil sangat jarang diberikan selama antenatal care.
Seringkali pemberian pendidikan kesehatan mengenai seksual selama hamil sangat minim diberikan, bahkan kadang informasi diberikan secara tidak jelas, implisit, dengan bahasa kias serta menimbulkan salah pengertian. Berdasarkan konsep evidence bahwa ibu hamil tidak harus menghentikan aktivitas seksual ataupun secara khusus mengurangi aktivitas seksual. Mengenai aktivitas seksual jarang sekali diklarifikasi ataupun didiskusikan dengan ibu hamil. Bahkan ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa hal ini tabu untuk dibicarakan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, efek dari aktivitas seksual selama hamil. Larangan dalam aktivitas seksual pada ibu hamil merupakan hal yang tidak tepat atau tidak evidence. Terdapat perubahan yang cukup jelas mengenai kenyamanan seksual selama hamil, mungkin terjadi peningkatan atau penurunan libido. Beberapa pendapat mengenai hubungan seksual selama hamil didnsari pada beberapa konsep bahwa dalam cairan sperma terkandung prostaglandin sehingga merangsang munculnya kontraksi, dimungkinkan merangsang mulainya persalinan, maka muncul pendapat bahwa coitus mendekati usia kehamilan aterm menyebabkan kemungkinan insiden kehamilan postterm atau serotimus. Namun menurut konsep evidence based menyatakan bahwa pengaruh aktiviitas seksual selama masa kehamilan tidak terbukti signifikan berhubungan dengan peristiwa mulainya persalinan (Enkin, 2000).
d.    Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Menurut analisis profesional bahwa maksud pekerjaan atau aktivitas ibu hamil bukan hanya pekerjaan ke luar rumah atau institusi tertentu, tetapi juga pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu rumah tangga di dalam rumah, termasuk pekerjaan sehari- hari di rumah dan mengasuh anak. Sering ada rekomendasi untuk mengurangi aktivitas pada ibu hamil dengan riwayat melahirkan BBLR, namun hal ini tidak terbukti efektif. Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan dimana ibu hamil sama sekali tidak boleh melakukan aktivitas pekerjaan rumah ataupun bekerja diluar rumah. yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dan toleran dalam pekerjaan. Karena pada kenyataannya pekerjaan selain berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan juga berhubungan dengan penghasilan keluarga dan kesejahteraan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil adalah apakah aktivitasnya berisiko bagi kehamilan. Contoh aktivitas yang berisiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang meningkatkan stress, berdiri lama sepanjang hari, mengangkat sesuatu yang berat, paparan terhadap suhu atau kelembaban yang ekstrim tinggi atau rendah, pekerjaaan dengan paparan radiasi. Nasehat yang penting disampaikan adalah bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan aktivitas atau pekerjaan tetapi cermati apakah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan berisiko atau tidak untuk kehamilan dan ada perubahan dalam aktivitas atau pekerjaan karena berhubungan dengan kapasitas fisik ibu dan perubahan sistem tubuh, nasehatkan pula dari sisi keuntungan dan resiko bagi ibu hamil.
e.    Exercise atau senam hamil
Senam hamil atau latihan memberi keuntungan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal, dan mempersiapkan pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses persalinan.  Komponen gerakan senam ada beberapa modifikasi yang berbeda-beda tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu adanya pemanasan, latihan pernafasan, latihan otot, dan latihan panggul. Perhatikan mengenai kontraindikasi untuk melakukan senam hamil, misalnya kehamilan dengan abortus berulang, dengan penyakit hipertensi atau kehamilan dengan penyakit tertentu sehingga menimbulkan resiko bagi kehamilannya.
4.    Substance Abuse
Pengertian dari substance abuse adalah perilaku yang membahayakan bagi ibu hamil termasuk penyalahgunaan atau penggunaa obat atau zat-zat tertentu yang membahayakan ibu hamil.
a.    Penggunaan obat-obat selama hamil
Pengaruh obat terhadap janin selama hamil tidak hanya tergantung dari macam obat, akan tetapi juga tergantung dari saat obat diberikan. Obat-obat yang diberikan kepada ibu hamil dapat menimbulkan efek pada janin seperti:
1)    Kelainan bentuk anatomik atau kecacatan pada janin, penggunaan obat pada trimester pertama.
2)    Kelainan faal alat tubuh
3)    Gangguan pertukaran zat dalam tubuh.
Kadang-kadang pengaruh obat yang diberikan pada waktu hamil baru akan terlihat pada bayi yang dilahirkan ketika sudah menginjak usia remaja atau dewasa. Sebagai contoh pemberian estrogen pada ibu hamil dapat menyebabkan tumor alat kandungan bila bayi telah berusia remaja atau dewasa. Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil melalui plasenta dan mencapai janin dan beberapa diantaranya dapat mengganggu perkembangan janin. Maka sebaiknya berhati-hati memberikan obat sewaktu hamil.
Tabel Daftar Obat yang berpotensi membahayakan atau
menimbulkan kelainan pada Janin
Nama Obat
Kemungkinan Kelainan Pada Bayi
Kloramfenikol
Gangguan pernafasan, grey sindrom (sindrom abu-abu)
Tetrasiklin
Gangguan pertumbuhan tulang, perubahan warna gigi, gigi rapu
Dihidrosetreptomisin
Tuli
Strepromisin
Gangguan keseimbangan
Amitriptin
Iritabilitas neonates
Amfetamin
Iritabilitas, tidak mau menyusus, takhikardi. Malformasi kardiovaskuler dan muskulus keletal
Nitrofurantoin
Gangguan dalam darah
Fenasetin
Gangguan dalam darah
Anti diabetik per oral
Kematian janian dalam kandungan
Anti kanker
Trombositopenia, cacat bawaan
Anti malaria
Kelainan congenital
Aspirin
IUGR
Ibuprofen
Kontiksi duktus arteriosus
Parasetamol
Diskolasi sendi pahda dan clubfoot
Vitamin dengan dosis tinggi
Kerusakan ginjal, defek susunan saraf pusat dan kranifasila, skorbut, ketidakmampuan belajar, kerusakan hati dan tulang
b.    Merokok
Berdasarkan konsep evidence menunjukkan bahwa merokok menimbulkan efek yang sangat membahayakan bagi janin. Ibu hamil perokok akan beresiko menurunkan berat bayi lahir. Efek merokok terhadap kejadian pre eklampsia, kelainan perinatal tidak cukup terbukti. Hasil riset menunjukkan satu atau lima diantara wanita hamil dilaporkan merokok. Hingga seperempat wanita hamil yang merokok, berhenti pada pemeriksaan kunjungan antenatal yang pertama. Kebiasaan merokok sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi rendah, paritas tinggi, status un marital, penghasilan rendah, atau ibu dengan problem psikologis seperti depresi, stress, pekerja berat, dan lain-lain. Merokok merupakan salah satu isu penting yang sangat bagus dicermati saat kehamilan karena efek yang muncul diakibatkan merokok adalah kelahiran BBLR, persalinan preterm, kematian perinatal. Merokok juga sering dihubungkan dengan kejadian keberhasilan masa menyusui atau laktasi dan memperpendek masa menyusui, meskipun dalam hubungan ini penyebabnya belum diketahui dengna pasti. Faktor lingkungan yang baik dan strategis merupakan salah satu upaya penting untuk menghentikan kebiasaan merokok bagi ibu daripada pemberian konseling tentang bahaya merokok. Pengaruh nikotin terhadap janin menimbulkan efek kenaikan tekanan pada otak janin peningkatan denyut jantung janin. Merokok selain mempunyai efek membahayakan janin juga membahayakan ibu berkaitan dengan penyakit- penyakit yang muncul sebagal akibat merokok, misalnya penyakit paru,  jantung, hipertensi, arteriosklerosis, kanker paru dsb. Para bidan, dokter spesialis kebidanan harus mendukung upaya untuk menghentikan merokok melalui kegiatan antenatal care, kelas antenatal bagi perokok mengurangi periklanan tentang rokok, area bebas merokok, dan mengembangkan serta mendukung kebijaksanaan tentang upaya mengurangi merokok di institusi atau tempat kerja masing-masing.
c.    Alkohol dan kafein
Alkohol yang dikonsurnsi ibu hamil dapat membahayakan jantung hamil dan merusak janin, termasuk menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan kelahiran prematur. Tidak hanya pada peminum atau pemakai alkohol rutin, tetapi juga pada pemakai alkohol yang tidak rutin atau insidental. Efek pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah pertumbuhan janin terhambat, retardasi mental, kecacatan, kelainan jantung dan kelainan neonatal. Munculnya efek ketidaknormalan pada ibu hamil dengan konsumsi alkohol minimal 28.5 ml perhari dan terutama konsumsi alkohol pada trimester pertama. Konsumsi kafein yang berlebihan mengakibatkan bayi lahir mati, abortus dan persalinan prematur. 
d.    Hamil dengan ketergantungan obat/ pengguna NAPZA
Pemakaian obat-obatan pada wanita hamil sangat mempengaruhi ibu  maupun janinnya, terutama pada masa konsepsi dan trimester I kehamilan karena tahap ini merupakan tahap organogenesisi atau pembentukan organ. Contoh obat-obatan tersebut adalah ganja, morfin, heroin, pethidin, jenis barbiturate, alkohol, dan lain-lain akan menimbulkan gangguan pada ibu dan janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik, kelahiran premaatur dan BBLR, serta cacat mental dan sosial. Ibu hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat, merasa gehsah, bingung dan takut terhadap akibat yang akan dialami oleh bayinya dengan minum obat-obatan tersebut.
e.    Sinar rontgen atau radiasi
Pengaruh sinar rontgen atau radiasi terhadap kehamilan terutama adalah pada trimester I (umur 4 sampai 9 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir). Pada kehamilan trimester I merupakan tahap dasar pembentukan organ termasuk organ vital otak, sumsum tulang belakang, jantung, ginjal dan pernafasan, sehingga paparan sinar X-ray pada umur kehamilan ini akan menimbulkan resiko kecacatan janin, malformasi janin, retardasi mental pada janin, abortus dan persalinan prematurus. Efek radiasi terhadap janin tergantung dari umur kehamilan berapa saat paparan radiasi berlangsung dan seberapa besar jumlah radiasi yang diterima.
5.    Kehamilan diluar nikah dna kehamilan tidak diinginkan
Kehamilan tidak diinginkan biasanya dialami oleh para remaja yang dikarenakan seks pra nikah atau seks bebas. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kehamilan tidak diinginkan juga dapat terjadi pada ibu dengan status marital atau pasangan sumi isteri yang sudah menikah Yang sedang tidak merencanakan kehamilan, hal ini biasanya dikarenakan karena kegagalan alat kontrasepsi. Kedua hal tersebut sama-sama memberi dampak psikologis pada ibu hamil.
Reaksi wanita yang mengalami hamil diluar nikah:
a.    Melarikan diri dari tanggung jawab, melakukan abortus, membuang anaknya, menitipkan anak ke orang lain atau panti asuhan
b.    Berusaha melakukan aborsi dan bunuh diri
c.    Melakukan pekerjaan sebagai seorang ibu walau dengan keterpaksaan
Pada kehamilan diluar nikah dan kehamilan tidak diinginkan bila kehamilan dipertahankan kemungkinan orang tuanya akan menjadi single parents, bila pasangan tidak mau menikahinya. Kalau terjadi pernikahan bisa terjadi perkawinan bermasalah dengan beban perasaan tidak nyaman, stress, dihantui rasa malu, rendah diri, merasa bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain.
6.    Kehamilan dengan kematian janin dalam kandungan (IUFD)
Ibu hamil dengan janin man dalam kandungan akan mengalami proses kehilangan karena sudah ada proses dekat dengan bayinya. Pada proses kehilangan ibu akan menunjukkan reaksi emosional tertentu seperti:
a.    Shock dan menyangkal serta tidak percaya
b.    Marsh dan bargaining atau tawar menawar
c.    Disorientasi dan depresi
d.    Reorganisasi dan penerimaan diri, mulai menerima kenyataan bahwa janinnya meniggal.
B.    FAKTOR PSIKOLOGIS/ KELAINAN JIWA DALAM KEHAMILAN
Status emosional dan psikologis ibu turut menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai proses fisiologis menjadi kehamilan patologis.
Peristiwa kehamilan adalah peristiwa fisiologis, namun proses alami tersebut dapat mengalami penyimpangan sampai berubah menjadi patologis.
Ada dua macam stressor, yaitu:
1.    Stessor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut terhadap kehamilan persalinan, kehilangan pekerjaan.
2.    Stressor eksternal: status marital, maladaptasi, relationship, kasih sayang, support mental, broken home.
Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologi, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berfikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Latar belakang munculnya gangguan psikologik atau kejiwaan adalah berbagai ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Kadang-kadang muncul penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Kelainan jiwa dapat menjadi berat dalam kehamilan. Ada beberapa keadaan spesifik dalam kehamilan yang mungkin juga menimbulkan kelainan jiwa atau gangguan psikologis misalnya hyperemesis gravidarum, abortus, pre eklampsia/eklampsia. Pada kasus psikologis atau kelainan jiwa yang berat perlu support atau dorongan dan dukungan dari signficant others (orang terdekat) dalam keluarga.
Ø Support keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh, sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keluarga. Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga dan diikuti oleh stress dan kecemasan. Kehamilan dapat dikatakan sebagai maturasi dan suatu kejadian yang biasa dalam tumbuh kembang keluarga.
Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasikannya berdasarkan kebutuhan masing-masing.
Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Keberadaan ibu disamping anak perempuannya selama masa kanak-kanak seringkali berarti ibu juga akan hadir dan mendukung selama anaknya hamil. Reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya menandakan penerimaannya terhadap cucu dan anak perempuannya dan ini sangat membantu ibu dalam menghadapi kehamilannya dengan lebih tenang.
Selama krisis keluarga dan individu dalam keadaan tidak seimbang dan tidak dapat dipecahkan akan mengakibatkan tingkah laku maladaptif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga. Anggota keluarga yang mampu memecahkan krisis, maturasi dengan sukses akan kembali kepada tugas/ fungsi yang maksimal dan ini merupakan kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan hubungan baik.
Pemecahan masalah dipengaruhi oleh individu dan keluarga yaitu;
1)    Bagaimana organisasi keluarga itu
2)    Pengalaman yang lalu menghadapi krisis
3)    Cara-cara mempergunakan pola pemecahan masalah
4)    Kemampuan dan adanya sumber-sumber
Tugas keluarga yang saling melengkapi dan dapat menghindari konflik adalah dengan cara pasangan merencanakan untuk kedatangan anaknya, mencari informasi bagaimana menjadi ibu dan ayah, suami mempersiapkan peran sebagai ibu rumah tangga.
Agar kehamilan dapat berjalan lancar dan ibu dapat mengadakan hubungan yang sehat dengan bayinya, maka reaksi ibu terhadap kehamilan seharusnya:
1)    Menerima kehamilan
2)    Menghilangkan rasa takut terhadap persalinan
3)    Menerima peran ibu
4)   Menciptakan ikatan antara ibu dan bayinya.
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dan pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini.
DAFTAR RUJUKAN
Army. 2006. Dasar-dasar Ilmu Kebidanan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Bobak. 2004. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta .
Cunningham, F.G, dkk. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21 Bahasa Indonesia. EGC. Jakarta.
Fraser, Diane M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan . Edisi 14 EGC. Jakarta.
Kusmiyati, yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil . Yogyakarta: Fitra Maya.
WHO. 2003. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Pusdiknakes-WHO. 2003. Asuhan Antepartum.
Saifuddin, Abdul Bari. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.